Market

Harga Minyak Goreng Naik, Pendapatan Pedagang Gorengan Susut Besar

Terkait kenaikan harga minyak goreng, para pedagang gorengan hanya bisa pasrah. Mereka bertahan, tak menaikan harga. Lantaran takut langganan kabur. Padahal, pendapatan mereka turun signifikan.

Kepada Inilah.com, Senin (22/11/2021), Mang Damu, pedagang gorengan asal Indramayu, Jawa Barat memaparkan keluh kesahnya terkait semakin mahalnya minyak goreng (migor). “Ya, kami mah pasrah saja, meski harga minyak goreng naik terus. Demi langganan, kami tak naikkan harga,” papar Mang Damu.

Dalam sehari, Mang Damu yang biasanya mangkal di dekat RS Sibroh Malisi, Warung Silah, Jakarta Selatan, menghabiskan 2 jerigen minyak goreng curah. Awalnya, harga satu jerigen migor curah yang berisikan 25 liter minyak dibanderol Rp250 ribu. “Kini naik menjadi Rp280 ribu. Mungkin kalau naiknya jadi Rp300 ribu, terpaksa harga gorengan saya naik,” tuturnya.

Hingga saat ini, Mang Damu, mempertahankan harga gorengan sebesar Rp1.000. Gorengannya-pun beraneka rupa. Mulai pisang goreng, bakwan, tahu, singkong, hingga ubi goreng. Dalam sehari, dia bisa mengantongi penghasilan sekitar Rp1,5 juta. “Kalau ramai bisa sampai Rp2 juta. Namun, keuntungan kita jadi susut,” ungkapnya.

Hal yang sama disampaikan Anwar, pedagang gorengan di Jalan Sadar, Jagakarsa, Jakarta Selatan. “Tidak berani naikan harga bang. Takut langanan kabur. Paling mungkin, ukurannya dikurangi,” papar Anwar.

Sejatinya, kenaikan harga minyak goreng, masih bisa diatasi. Namun, ketika harga LPG naik, bisa menjadi dia terpaksa menaikkan harga dagangannya. Saat ini, harga elpiji 3 kilogram (subsidi) sekitar Rp18.000-Rp19.500. “Kalau naik ya makin berat. Terpaksa harga gorengan kami naikkan,” ungkapnya.

Dalam sehari, Anwar mengaku menghabiskan 6 tabung LPG subsidi. Ditambah, 30 liter minyak goreng curah. “Untung saja langganan sudah banyak. jadi sore pasti habis. Mungkin harganya sangat murah, cuman seribu,” paparnya.

Agak berbeda dengan Ucup, pedagang cilok isi yang biasa mangkal di dekat kediaman mantan Presiden Abdurrahman Wahid di kawasan Ciganjur, Jakarta Selatan. Pria asal Ciamis, Jawa barat ini, merasakan beratnya kenaikan harga migor saat ini. Yal lantaran dia menggunakan minyak goreng bermerek yang harganya melambung tinggi. “Saya biasanya pakai miyak goreng bermerek. Harga biasanya Rp30 liter per 2 kilogram, kini naik menjadi Rp38 ribu,” ungkapnya.

Sebelum migor naik, Anwar membanderol cilok isi sebesar Rp1.500. Kini naik gopek, atau Rp4.000 untuk 3 cilok isi. “Awalnya langganan saya protes, ya saya jelaskan. Alhamdulillah banyak yang bisa terima. Tapi jujur, pendapatan jadi berkurang,” ungkapnya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Iwan Purwantono

Mati dengan kenangan, bukan mimpi
Back to top button