Hariyadi Sukamdani, Ketua Persatuan Pengusaha Hotel Indonesia, mengungkap pengusaha di Indonesia merasa kurang diperhatikan pemerintah. Mereka juga mengeluh kurang mendapatkan dukungan.
Contohnya pakaian dari China yang harganya lebih murah daripada produk dalam negeri. Hari juga menyebut ada rekannya sesama pengusaha, yang mencoba usaha cokelat almond, Namun yang terjadi harga cokelat almond lebih murah impor daripada buatan dalam negeri.
“Jadi, kebijakan impor dan ekspor harus membuat produk Indonesia kompetitif,” kata Hari dalam wawancara dengan inilah.com, Sabtu (12/4/2025).
Komentar itu disampaikan Hari terkait dengan usulan pemerintah membuka keran impor buntut rencana pemberlakuan tarif Trump. Indonesia yang secara umum kena 3.3 persen tarif impor oleh Amerika Serikat (AS), siap-siap terkena kenaikan sampai 32 persen tarif impor.
Prabowo mengusulkan penghapusan kuota impor, khususnya terhadap komoditas yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Jika usulan ini disahkan, maka siapa saja bisa melakukan impor selagi mampu.
Hari menekankan pembukaan keran impor hanya akan efektif jika memang produk di dalam negeri kurang, misalnya gula dan daging. Pemerintah pun diminta tetap punya keberpihakan pada pasar dalam negeri, dengan memilah mana keran yang dilepas dan mana yang harus dijaga industri dalam negerinya.
Hari juga menyarankan Pemerintah menilai kondisi di dalam negeri secara strategis. Contohnya, impor gula yang seharusnya tidak dikuota karena ada kebutuhan cukup besar di dalam negeri. “Kalau memang pemerintah serius mengembangkan gula dalam negeri, maka perkebunan tebu harus dibangun,” kata Hari.
Sebelumnya pada Rabu (9/4/2025), Kepala Pusat Industri, Perdagangan, dan Investasi Indef, Andry Satrio Nugroho menilai rencana Presiden Prabowo yang ingin menghapus kuota impor, hanya akan mempercepat kerusakan ekonomi nasional, apabila tidak dikawal dengan regulasi yang ketat.
Andry menilai pernyataan Presiden ini, jika diterjemahkan menjadi kebijakan terbuka tanpa kontrol, dan sama saja dengan mengundang banjir produk asing di tengah pasar domestik yang rapuh.
“Kita harus jujur, beberapa tahun terakhir saja, Indonesia sudah dihantam habis-habisan oleh krisis overcapacity dan perlambatan ekonomi China. Produk-produk murah, bahkan yang ilegal, masuk ke pasar Indonesia dengan sangat mudah. Kalau sekarang Indonesia malah lepas rem, maka gelombang barang murah ini bisa menjadi tsunami bagi industri lokal,” ujar Andry kepada inilah.com.
Dia menyoroti industri padat karya seperti tekstil, alas kaki, dan elektronik ringan saat ini sedang menghadapi gelombang PHK besar-besaran. Kalau keran impor dibuka bebas, industri-industri ini akan semakin tertekan dan potensi PHK massal bisa makin tidak terhindarkan.