Hangout

Pentingnya Lengkapi Imunisasi Dasar Anak

Dua tahun terakhir, sejak dunia terdampak dengan pandemi, pelaksanaan layanan imunisasi cukup mengalami tantangan. Secara global, pada tahun 2020 WHO merilis terdapat 23 juta anak di bawah umur satu tahun yang tidak menerima imunisasi dasar. Ini merupakan angka tertinggi sejak tahun 2009 . 

Di Indonesia, Kementerian Kesehatan dan UNICEF melaporkan 84 persen dari fasilitas pelayanan kesehatan imunisasi anak di Indonesia terdampak COVID-19 . Dampaknya, capaian imunisasi dasar anak lengkap baru mencapai 58,4 persen dari target 79.1 persen per Oktober 2021 .

dr. Prima Yosephine MKM selaku Plt. Direktur Pengelolaan Imunisasi Kemenkes mengatakan bahwa dalam menjawab tantangan ini, pemerintah mengeluarkan dan mensosialisasikan Keputusan Menteri Kesehatan RI tentang Petunjuk Teknis untuk mengatur pelaksanaan pelayanan imunisasi rutin pada masa pandemi COVID-19. Kemudian, melakukan akselerasi imunisasi bagi anak yang belum lengkap statusnya.

“Selain sikap waspada terhadap virus COVID-19 yang terus dijaga, layanan imunisasi pada anak harus tetap diberikan untuk menghindari risiko terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) yang diakibatkan oleh Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi,” ujar dr. Prima dalam acara peringatan Pekan Imunisasi Dunia bersama GlaxoSmithKline (GSK) Indonesia ditulis di Jakarta, Sabtu, (23/4/2022).

Potensi wabah KLB dapat terjadi mengingat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) seperti difteri dapat menular.

Difteri merupakan bakteri yang menyerang saluran pernapasan pada selaput lendir hidung dan tenggorokan yang menyebabkan anak sulit bernapas.

“Untuk menghindari terjadinya serta meluasnya kasus Kejadian Luar Biasa (KLB), penting bagi orang tua untuk segera melengkapi dan mengejar imunisasi anak yang tertinggal tanpa harus mengulang jadwal imunisasi dari awal,” ungkap Dokter Spesialis Anak, Prof. DR. dr. Hartono Gunardi, Sp.A(K).

Peran imunisasi terbukti efektif dalam meningkatkan kekebalan tubuh sehingga dapat mencegah beragam penyakit. Setiap tahun imunisasi telah membantu mencegah kematian 2 hingga 3 juta anak di Indonesia. Semakin lengkap imunisasi yang diberikan pada anak, maka semakin baik pula perlindungan kesehatan anak dan tentunya juga akan berdampak pada kualitas hidup anak di masa depan.

Lebih lanjut, penting bagi anak untuk mendapatkan imunisasi sesuai dengan jadwal imunisasi Kementerian Kesehatan yaitu hepatitis B, BCG, DTP, Hib, Polio, Campak, Rubela.

Selain itu, orang tua juga dapat merujuk pada jadwal imunisasi yang direkomendasikan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

Secara rinci, IDAI merekomendasikan anak berusia 0-12 perlu mendapatkan imunisasi vaksin Hepatitis B, Polio, BCG, DTP, Hib, PCV, Rotavirus, Influenza, MR, JE, dan Hepatitis A. Pada usia 1-2 tahun, anak perlu diberikan vaksin MMR, Varisela, vaksin ulangan DTP-Hib-Hepatitis B. Pada usia 24 bulan, anak perlu menerima vaksin Tifoid. Beranjak usia 9 tahun, anak juga direkomendasikan untuk mendapatkan vaksin HPV dan Dengue.

Sebagian besar vaksin tersebut telah masuk dalam program imunisasi nasional sehingga masyarakat dapat mengakses secara gratis melalui fasilitas kesehatan seperti Puskesmas maupun Posyandu.

Pada pertengahan tahun 2022 Kementerian Kesehatan juga akan menambahkan vaksin PCV untuk mencegah penyakit pneumonia dan Rotavirus untuk mencegah diare. Hal ini merupakan upaya yang dilakukan Pemerintah dalam memberikan akses imunisasi dasar lengkap kepada seluruh anak-anak Indonesia.

“Melalui peringatan Pekan Imunisasi Dunia setiap pekan akhir bulan April ini kami mengajak semua pihak lintas sektor, pihak swasta, akademisi, organisasi kemasyarakatan, untuk dapat menjadi penggerak serta turut mendorong pelaksanaan imunisasi yang berkualitas dan mencapai cakupan imunisasi yang tinggi dan merata sehingga dapat terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,” ujar Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kemenkes, dr. Imran Agus Nurali, Sp.KO.

GSK Indonesia juga berkomitmen untuk terus mendukung upaya Pemerintah dalam membangun dan memelihara kesehatan masyarakat.

“Kolaborasi public dan private dalam upaya untuk menyampaikan informasi ilmiah kepada petugas kesehatan dan juga masyarakat umum terkait imunisasi harus terus lakukan agar dapat mempercepat cakupan imunisasi lengkap terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) diantaranya seperti Difteri Tetanus Pertussis, Rotavirus, dan Pneumokokus,” kata dr. Deliana Permatasari, Vaccine Medical Director GSK Indonesia.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Mia Umi Kartikawati

Redaktur, traveller, penikmat senja, musik, film, a jurnalist, content creator enthusiast, food lovers, a mom who really love kids. Terus belajar untuk berbagi dan bersyukur dalam jalani hidup agar bisa mendapat berkah.
Back to top button