Penutupan JPO di kolong flyover Kalibata sejatinya punya maksud baik, untuk mencegah aksi tawuran yang sering terjadi. Persoalannya Pemprov Jakarta tak memberikan fasilitas alternatif untuk penyeberangan warga.
Akibatnya, warga terhambat dalam beraktivitas. Bahkan siswa terpaksa harus memanjat pagar besi yang menutup JPO tersebut agar bisa ke sekolah. Wakil Ketua DPRD Jakarta, Rany Mauliani merasa prihatin.
Dia mendesak pemprov cepat bergerak dan hadirkan solusi. Sebab cara siswa memanjat pagar JPO yang ditutup untuk menyeberangi jembatan di atas sungai itu beresiko dan berbahaya.
“Cukup prihatin dengan permasalahan ini, ternyata masih ada persoalan anak-anak yang memiliki kendala ketika hendak ke sekolah,” kata Rany kepada wartawan di Jakarta, dikutip Sabtu (8/2/2025).
Anggota DPRD Jakarta dari Fraksi PDIP Dwi Rio Sambodo mendesak pemprov menyiapkan solusi darurat. Dia mengatakan, penutupan tanpa alternatif yang memadai sangat membahayakan warga, terutama anak-anak yang terpaksa melintasi flyover atau memanjat pagar. “Akses penyeberangan yang aman adalah hak dasar yang harus dipenuhi oleh pemerintah,” kata Rio kepada wartawan, Jumat (7/2/2025).
“Mendesak Pemprov segera menyediakan solusi darurat, seperti jembatan penyeberangan sementara atau zebra cross dengan pengawasan ketat. Pengawasan langsung terhadap kebijakan infrastruktur perlu dilakukan juga untuk memastikan keselamatan warga,” tambahnya.
Rio mengusulkan Revisi Perda terkait infrastruktur pejalan kaki untuk memastikan akses yang aman di area padat, khususnya di kolong Kalibata, demi melindungi keselamatan warga.
“Pemprov juga harus melibatkan warga dalam pengambilan keputusan kebijakan infrastruktur, agar kebijakan yang diambil sesuai dengan kebutuhan mereka dan dapat mengurangi potensi bahaya,” ucapnya.
Penutupan akses JPO kolong flyover Kalibata dikeluhkan banyak warga. Siswa SD bahkan mengeluh akses jalan ke sekolahnya kini jadi sulit imbas penutupan itu.
Juna mengaku orang tuanya tahu mengenai kondisi akses JPO saat ini. Namun tak ada pilihan lain selain mengakses JPO dengan memanjat untuk menyeberangi Sungai Ciliwung.
“Kalau di sini harus manjat atau lewat samping. Ya bahaya juga sih. Orang tua tahu. Tapi ya mau gimana lagi, jalannya cuma ini. Kalau lewat atas susah jalannya, lebih ngeri (tabrak mobil-motor),” jelas dia.
Warga bernama Narsim (41) menyebut penutupan JPO itu membuat warga sekitar kerepotan saat hendak menyeberang. Menurutnya, tak ada trotoar di atas flyover sehingga pejalan kaki merasa ngeri harus bersaing dengan kendaraan bermotor.
“Mau lewat atas flyover, enggak ada trotoarnya. Jadi saingan sama mobil motor kan,” kata Narsim.
Diketahui, pagar besi menutupi akses jalan JPO yang berada di kolong flyover Kalibata dengan tujuan mencegah tawuran yang acap kali terjadi.
Kapolsek Kramat Jati, Kompol Rusit Malaka, mengatakan penutupan ruas jalan dilakukan hanya sementara atau tak permanen. Menurut dia, penutupan itu dilakukan atas hasil koordinasi yang dilakukan antar pihak terkait.
“Kita tutup sementara waktu karena sering dipakai untuk tawuran. Biar aman sementara waktu,” kata dia melalui pesan singkat pada Selasa (4/2/2025).