Ototekno

Penyebab Pegunungan Makkah Menghijau, Bukan cuma karena Hujan

Pegunungan di sekitar kota suci Makkah al-Mukarramah di Arab Saudi telah berubah menjadi hijau setelah berminggu-minggu hujan lebat dan banjir bandang bulan lalu.

Berdasarkan citra satelit Terra yang dikeluarkan Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menangkap pemandangan hijau di beberapa wilayah di Arab Saudi.

Vegetasi hijau tersebut muncul di daerah kering yang didominasi gurun, seperti kota Makkah, Jeddah, dan Madinah.

#فيديو_واس | جبال مكة المكرمة تكتسي باللون الأخضر.#واس_جودة_الحياة pic.twitter.com/CkdA9QU4TT

— واس جودة الحياة (@SPAqualitylife) January 5, 2023

Beberapa orang menghubungkan penghijauan yang tiba-tiba terjadi di Makkah dengan sebuah hadis dari Nabi Muhammad Saw yang mengatakan: “Tidak akan tiba hari Kiamat hingga tanah Arab kembali hijau penuh dengan tumbuhan dan sungai-sungai.” (HR. Muslim).

Namun, banyak juga pengguna memperingatkan agar tidak membuat kesimpulan prematur, menunjukkan bahwa fenomena tersebut bersifat sementara dan telah terjadi sebelumnya.

Curah hujan yang tinggi di akhir 2022 membandingan dengan tahun-tahun sebelumnya, diiringi ketidakstabilan atmosfer yang berulang, bertepatan dengan perluasan depresi Laut Merah dan aliran arus udara lembab di lapisan bangunan atmosfer membuat wajah pegunungan dan wilayah gurun yang awalnya panas menjadi melembab.

“Nah, dari situlah tumbuh rerumputan yang membuat kawasan pegunungan di bagian barat Arab Saudi ini menghijau seperti yang terlihat di video itu,” jelas Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBINU) mengutip NU online, Selasa (10/1/2023).

Perubahan suhu gurun

Menurut situs Earth Observatory Lembaga Penerbangan dan Antariksa AS (NASA), bioma (ekosistem luas) gurun adalah yang paling kering dari semua bioma. Sebagian besar gurun menerima kurang dari 300 mm setahun membandingkan dengan ekosistem hutan hujan yang menerima lebih dari 2.000 mm.

Artinya, gurun hanya mendapat 10 persen dari hujan yang terdapat hutan hujan!

Suhu di padang pasir juga bisa berubah drastis dari siang ke malam karena udaranya sangat kering sehingga panas cepat keluar di malam hari.

Green scenery after a recent downpour of rain in Makkah, Madina, and elsewhere in Saudi Arabia. pic.twitter.com/5gog7NGVW8

— 5Pillars (@5Pillarsuk) January 8, 2023

Temperatur siang hari rata-rata 38°C sementara di beberapa gurun bisa turun hingga -4°C di malam hari. Suhu juga sangat bervariasi tergantung lokasi gurun.

Karena kondisi ekstrem gurun itu , tumbuhan pun beradaptasi untuk mengimbangi kekurangan air. Beberapa tanaman, seperti kaktus, menyimpan air di batangnya dan menggunakannya dengan sangat lambat.

Yakn lainnya seperti semak menghemat air dengan menumbuhkan sedikit daun atau dengan memiliki sistem akar yang besar untuk mengumpulkan air. Beberapa spesies tumbuhan gurun memiliki siklus hidup pendek beberapa minggu yang hanya berlangsung selama periode hujan.

Banyak tumbuhan gurun bersifat semusim. Benihnya kemungkinan tidak aktif selama bertahun-tahun selama musim kering yang panjang.

“Ketika hujan akhirnya datang, benih-benih itu bertunas dengan cepat. Tumbuhan tumbuh, mekar, menghasilkan benih baru, dan mati, seringkali dalam waktu singkat. Hujan deras dapat mengubah gurun menjadi negeri ajaib berbunga hampir dalam semalam.”

Teknologi modifikasi

Selain karena faktor hujan, para ahli juga menyebut tumbuhnya tanaman hijau di daerah gurun bisa karena adanya modifikasi teknologi.

Sebuah studi pada 2018 mengungkap penggunaan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan pembangkit listrik tenaga angin (PLTB) dalam jumlah besar dapat membantu penghijauan di gurun.

Para peneliti memanfaatkan efek PLTS dan PLTB yang dapat meningkatkan panas dan kelembapan di area sekitar Gurun Sahara yang mempengaruhi potensi tumbuhnya tanaman.

“Peningkatan curah hujan ini, pada gilirannya, mengarah pada peningkatan tutupan vegetasi, menciptakan siklus yang positif,” kata Yan Li, co-lead peneliti studi yang juga seorang peneliti postdoctoral bidang sumber daya alam dan ilmu lingkungan di University of Illinois, seperti melansir LiveScience.

Model tersebut juga menunjukkan PLTB menyebabkan suhu udara lokal menjadi hangat.

“Pemanasan malam hari yang lebih besar terjadi karena turbin angin dapat meningkatkan proses pencampuran vertikal dan menurunkan udara yang lebih hangat dari atas,” tulis para peneliti dalam studi tersebut.

Selain itu, para peneliti menemukan peningkatan hujan rata-rata sebanyak 0,25 milimeter per hari di daerah dengan PLTB.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button