Seorang penyintas tragedi Holocaust, Stephen Kapos, mengecam tindakan Israel di Gaza, menyebutnya sebagai genosida yang mirip kekejaman Nazi. Kapos mengungkapkan keterkejutannya terhadap cara pemerintah Israel menggunakan ingatan Holocaust untuk membenarkan serangan brutal mereka.
“Genosida di Gaza tidak terjadi atas nama saya, dan tidak atas nama kami,” ujar Kapos dalam sebuah wawancara emosional yang diunggah oleh Double Down News.
“Cara pemerintah Israel menggunakan memori Holocaust untuk membenarkan apa yang mereka lakukan kepada rakyat Gaza adalah penghinaan terhadap ingatan Holocaust,” sambungnya.
Kapos menyebut insiden baru-baru ini di mana duta besar Israel untuk PBB mengenakan bintang kuning sebagai simbol protes, tindakan yang menurutnya sangat mengerikan.
“Sebagai seseorang yang dipaksa mengenakan bintang kuning bersama keluarga saya, saya merasa terhina,” katanya.
Kesamaan dengan Kekejaman Rezim Fasis
Kapos menyoroti bahwa apa yang terjadi di Gaza—pemboman besar-besaran tanpa pandang bulu, dehumanisasi, dan penghancuran keluarga—sangat mirip dengan kekejaman rezim fasis.
“Skala pemboman, ketidakpedulian terhadap anak-anak dan perempuan, serta penghancuran sistematis Gaza mencerminkan kekejaman fasisme,” katanya.
Ia juga menambahkan bahwa cara rakyat Palestina diperlakukan, termasuk di pos-pos pemeriksaan di Tepi Barat, adalah bentuk penghinaan yang menyerupai pengalaman yang dialami orang Yahudi selama Holocaust.
Penggunaan Propaganda dan Dehumanisasi
Kapos mengkritik propaganda yang digunakan untuk menciptakan narasi dehumanisasi terhadap rakyat Palestina.
“Cara mereka digambarkan seperti binatang oleh beberapa pemimpin memungkinkan publik Israel menerima apa yang terjadi,” ujarnya.
Ia juga berbicara tentang trauma yang dialami anak-anak Palestina, mengingatkan pada penderitaan serupa yang dialami anak-anak Yahudi selama Holocaust. Kapos mengingat sebuah cerita tentang seorang anak yang terpisah dari keluarganya di trem, hanya untuk kehilangan mereka selamanya.
“Penghancuran keluarga dengan cara seperti ini terulang di Gaza sekarang,” ungkapnya dengan penuh keprihatinan.
Zionisme dan Kemunduran Moral
Dalam kritik tajam terhadap Zionisme, Kapos menyebutnya sebagai perkembangan tragis yang telah mengikis nilai-nilai kemanusiaan dan amal yang dulu menjadi inti dari tradisi Yahudi.
“Zionisme mengubah tradisi panjang keberpihakan kepada yang tertindas menjadi bentuk nasionalisme dan pengecualian,” katanya.
Ia juga mengecam sikap rasis yang ia temui di Israel, bahkan di antara para penyintas Holocaust.
“Saya tidak bisa memahami bagaimana seseorang yang mengalami kekejaman seperti itu dapat mengulangi tindakan yang sama terhadap orang lain,” ujarnya.
Panggilan Moral untuk Bertindak
Kapos menutup pernyataannya dengan menyerukan kepada masyarakat internasional untuk tidak berdiam diri.
“Fasisme berkembang melalui ketidakpedulian dan intimidasi. Anda harus berani dan berada di sisi yang benar dari sejarah,” tegasnya.
Ia juga menegaskan pentingnya memisahkan Yahudi dari Zionisme untuk menghindari generalisasi yang merugikan.
“Penting untuk menunjukkan bahwa tindakan ini tidak didukung oleh semua orang Yahudi, melainkan oleh pemerintahan Israel dan pendukung Zionis,” katanya.
Dalam kata-kata terakhirnya, Kapos mengingatkan bahwa sejarah akan menilai tindakan kita hari ini.
“Ketika penghakiman itu datang, pastikan Anda berada di sisi yang benar dari sejarah. Jangan berpaling, dan jangan diam terhadap ketidakadilan,” tutupnya.