Market

Perang Data Beras, Bos Badan Pangan dan Kementan Adu Urat di DPR

Terjadi perang data beras dalam rapat Komisi IV DPR dengan Badan Pangan Nasional (BPN), Perum Bulog, dan Kementerian Pertanian (Kementan).

Dalam rapat di Komisi IV DPR, Jakarta, Rabu (23/11/2022), diawali dengan penyampaian data produksi beras dari Bapanas, Perum Bulog dan Kementan.

Ketika Direktur Jenderal (Dirjen) Tanaman Pangan Kementan, Suwandi bicara, masalah muncul. Dia mencoba menguliti data beras yang dipaparkan Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA), Arief Prasetyo Adi.

Suwandi menyebut, data yang disampaikan Arief jelas-jelas berbeda dengan data Badan Pusat Statisktik (BPS). Padahal, data BPS disepakati sebagai data yang paling sahih.

Dalam paparan, Suwandi menyampaikan data produksi beras 2019-2022 berdasarkan BPS. Pada 2019, produksi beras mencapai 31,31 juta ton; 2020 sebanyak 31,50 juta ton; 2021 sebanyak 31,36 juta ton, dan pada 2022 sebanyak 32,02 juta ton.

Selanjutnya, dia sentil Arief yang membeberkan data produksi beras yang berbeda dengan BPS. “Berikutnya, saya koreksi pak Kepala Bapanas untuk konsumsi 2022 dicek. Kok lebih tinggi dari rilis BPS yaitu 30,2 juta ton angka BPS konsumsi. Kalau produksi dikurangi konsumsi, surplusnya akan beda. Kepala Bapanas, ini 32,02 juta ton ini data BPS resmi 17 Oktober. Data kepala Bapanas tadi 39 juta ton,” kata Suwandi.

Suwandi menegaskan, stok beras untuk pemenuhan yang tersimpan di Perum Bulog, tersedia. Pernyataan ini juga menyangkal keterangan dari Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso. Yang menyatakan bahwa stok beras tidak ada di lapangan.

Hanya saja, menurut Suwandi, petani di lapangan enggan berasnya dibeli Perum Bulog, karena harga terlalu rendah. “Kondisi di lapangan, terima kasih Dirut Bulog menyampaikan membeli Rp10.200. Tetapi di lapangan ada spek-spek. Kami juga turun ke lapangan. Yang sulit di Jawa Barat, Yogya, Jawa Timur. Berbeda memang di lapangan, fenomena barang ada di penggilingan, di swasta, itu masalah lapangan. Barang ada di penggilingan, ada di rumah tangga, ada di pedagang dan sebarannya sesuai data-data,” ujar Suwandi.

Ketua Komisi IV DPR, Sudin lantas menanyakan sejumlah hal kepada Suwandi. Termasuk soal , stok beras saat ini, keberadaannya di mana.

“Pertanyaan berasnya ada di mana? Pakai metode apa? Berapa juta rumah tangga, stok di dalam rumah tangga sekian ratus ribu ton, sekian juga, sample yang mana saya mau belanja deh,” ujar Sudin

Kader PDIP ini juga mempertanyakan metode apa yang digunakan untuk menghitung dari kondisi stok di rumah tangga hingga pedagang. Dia juga miris lantaran data beras di kementerian dan lembaga, berbeda-beda.

“Kemudian di pedagang masih ok masih bisa dilihat, di penggilingan, pengilangan yang mana? Kasih kami data yang mana. Karena ini, berita beda-beda nih. Ini kan beda, A bilang gini, B bilang gini,” lanjut Sudin.

Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi menjelaskan, data yang disampaikan Suwandi, merupakan data Januari hingga September 2022. Sementara data yang disampaikannya mulai Januari hingga Oktober 2022.

“Ya data saya sama bapak beda. Data Pak Suwandi itu pakai data sebelumnya. Perhitungan Januari September itu 1,6 juta, 1,4 juta itu lama. Pak Wandi yang kanan ini yang data BPS baru,” ujarnya.

Belum kelar menjelaskan, Suwandi langsung menimpali pernyataan Arief. “Izin data terbarunya kapan pak? Coba..” sambil tertawa.

Arief mengatakan, data yang disampaikan ada tanggal terbarunya. Karena merasa dipotong penjelasannya, Arief pun tegas meminta Suwandi diam.

“Saya dulu dong pak. Tadi, Pak Wandi ngomong, saya enggak ngomong. Giliran saya ngomong, dong,” tegasnya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button