Dari intimidasi hingga pembunuhan, kebrutalan Israel terhadap jurnalis tidak mengenal batas. Pasukan pendudukan Israel (IOF) telah membunuh jurnalis muda Palestina tak bersenjata Hassan Hamad, setelah mengeluarkan ancaman terhadapnya untuk berhenti melaporkan peristiwa di Jalur Gaza.
Hamad, 19 tahun, menjadi sasaran di rumahnya di kamp pengungsi Jabalia di Gaza utara Minggu (6/10/2024), hanya beberapa pekan setelah menerima pesan yang memperingatkannya untuk menghentikan liputannya tentang serangan Israel terhadap warga Palestina.
Laporan mengonfirmasi bahwa ia tewas dalam serangan pesawat tak berawak Israel di kediamannya di Jabalia. Sabtu (5/10/2024) malam, pasukan pendudukan Israel menyerbu Gaza utara, mengerahkan tank dan pasukan ke kamp Jabalia setelah melakukan serangan udara yang intens. Ini menandai serangan darat ketiga di Jabalia sejak perang di Gaza dimulai setahun lalu.
Hassan Hamad selama ini banyak melaporkan serangan Israel ke wilayah Palestina. Menurut seorang kolega yang mengetahui akun X Hamad, ia telah membagikan video serangan tersebut hingga larut malam. Selama panggilan telepon terakhir mereka pada pukul 6 pagi (waktu setempat), kata-kata terakhir Hamad adalah, “Itu mereka. Selesai!”
Sebelumnya, Hamad telah menunjukkan kepada rekan-rekannya sebuah pesan WhatsApp berisi ancaman yang diterimanya dari nomor Israel beberapa minggu sebelum pembunuhannya. Pesan itu berisi peringatan, “Jika kalian terus menyebarkan kebohongan tentang Israel, kami akan mendatangi kalian dan menjadikan keluarga kalian…! Ini peringatan terakhir kalian!”
Video yang beredar di media sosial yang memperlihatkan jenazah jurnalis Hassan Hamad di dalam kotak sepatu telah memicu kemarahan luas di kalangan pengguna dan aktivis global. Rekaman mengerikan itu dengan cepat menjadi viral, meningkatkan kemarahan atas pembunuhannya dalam serangan pesawat nirawak Israel.
Jason Hickel, seorang antropolog dan profesor di Universitas Otonom Barcelona, mengatakan dalam sebuah posting di X: “Kita tidak akan pernah bisa melupakan gambar jasad jurnalis Hassan Hamad, setelah ia dibunuh oleh pasukan Israel.”
“Jurnalis dan editor Barat seharusnya malu atas kebisuan mereka yang keterlaluan dalam menghadapi kejahatan ini,” tegasnya.
Perang Terhadap Jurnalis
Jurnalis yang meliput genosida yang sedang berlangsung di Jalur Gaza menghadapi risiko yang meningkat saat bertugas, termasuk operasi darat dan serangan udara Israel, jalur komunikasi yang terganggu, kekurangan pasokan, dan pemadaman listrik.
Pembaruan terkini dari Kantor Media Gaza melaporkan bahwa jumlah korban tewas jurnalis di Gaza telah meningkat menjadi 175. Kantor tersebut telah berulang kali mengeluarkan pernyataan mengecam tindakan pendudukan yang menargetkan jurnalis Palestina, dan mendesak masyarakat internasional untuk meminta pertanggungjawaban Israel atas kejahatan terhadap jurnalis.
Pernyataan baru-baru ini juga menyerukan kepada masyarakat internasional, organisasi-organisasi internasional, organisasi-organisasi media dan jurnalisme untuk mencegah rezim pendudukan Tel Aviv serta menuntutnya di pengadilan internasional atas kejahatan-kejahatannya yang sedang berlangsung. Juga menekannya untuk menghentikan genosida serta pembunuhan terhadap jurnalis Palestina.