Percuma Bank DKI Sabet Penghargaan Kalau Sistemnya Ambruk Lebih dari Sepekan!


Gangguan layanan digital Bank DKI yang sudah berlangsung lebih dari sepekan menuai kritik tajam dari berbagai pihak.

Direktur Eksekutif Segara Research Institute, Piter Abdullah, menilai kegagalan sistem ini menunjukkan lemahnya perlindungan terhadap nasabah, sekaligus mempertegas bahwa kecanggihan teknologi tidak menjamin keandalan layanan perbankan.

“Perbankan seharusnya tidak hanya punya layanan IT yang canggih. Yang lebih penting lagi adalah bagaimana melindungi nasabah dari gangguan atau bahkan serangan siber yang bisa merugikan mereka,” kata Piter kepada Inilah.com, Minggu (6/4/2025).

Menurutnya, sistem perlindungan IT harus menjadi prioritas utama di tengah gencarnya transformasi digital yang dilakukan perbankan. Ia menegaskan, jika perlindungan terhadap nasabah diabaikan, maka kepercayaan publik terhadap bank bisa runtuh.

“Kegagalan bank melindungi nasabah bisa berdampak negatif terhadap kepercayaan. Dan itu jauh lebih berbahaya dari sekadar gangguan sementara,” tambahnya.

Ironisnya, di tengah gangguan layanan yang belum sepenuhnya pulih, Bank DKI justru baru saja menyabet penghargaan Top Digital Corporate Brand Award 2025. Penghargaan itu diberikan pada Minggu, 23 Maret 2025 lalu, atau enam hari sebelum terjadinya gangguan.

Melalui penghargaan itu, Bank DKI dinilai memiliki komitmen untuk beradaptasi dengan perubahan digital.

Hal tersebut dibuktikan dengan data interaksi digitalisasi Bank DKI dengan masyarakat. Seperti 89 ribu ulasan tentang Bank DKI di internet, 50 ribu netizen (warganet) mencari tentang berbagai pelayanan Bank DKI di media sosial dan, sebanyak 250 ribu pengguna internet mengunjungi laman Bank DKI.

Sayang, penghargaan itu dinilai kontras dengan kenyataan yang dihadapi nasabah saat ini, yang kesulitan mengakses layanan perbankan dasar seperti transfer, pembayaran, hingga cek saldo melalui aplikasi JakOne Mobile.