Sekelompok peretas asal Iran menargetkan akun WhatsApp milik sejumlah orang yang terkait dengan pemerintahan Presiden AS Joe Biden dan mantan Presiden Donald Trump, demikian ungkap raksasa teknologi Meta.
Dalam pemaparannya, Meta menyebut aktivitas Iran ini berupaya menargetkan sejumlah orang di Israel, Palestina, Iran, AS, dan Inggris. Upaya tersebut terutama difokuskan kepada pejabat politik dan diplomatik, dan tokoh masyarakat lainnya.
“Upaya ini termasuk beberapa akun yang terkait dengan pemerintahan Presiden Biden dan mantan Presiden Trump,” kata penyataan Meta seperti dikutip dari CNN, Minggu (25/8/2024).
Meta menambahkan, saat ini penyelidikannya menghubungkan upaya tersebut dengan sebuah kelompok hacker yang disebut APT42. Mereka dikenal karena menggunakan taktik phising untuk mencuri kredensial akun daring orang-orang.
“Kami belum melihat bukti akun WhatsApp yang menjadi target telah disusupi, tetapi sebagai bentuk kehati-hatian, kami membagikan temuan kami secara publik, selain berbagi informasi dengan penegak hukum dan rekan-rekan industri kami,” tambah pernyataan Meta.
Laporan baru dari Meta ini menambah daftar upaya peretas yang didukung Iran untuk mempengaruhi pemilihan presiden AS 2024.
Sebelumnya, FBI, Kantor Direktur Intelijen Nasional, serta Badan Keamanan Siber dan Infrastruktur AS menjelaskan Iran juga melakukan kegiatan pencurian dan pengungkapan data untuk mempengaruhi proses pemilu AS.
“Kami baru-baru ini melaporkan aktivitas yang dapat membahayakan kampanye mantan Presiden Trump oleh Iran. Komunitas intelijen yakin bahwa Iran telah melalui rekayasa sosial dan upaya lain berupaya mendapatkan akses ke individu yang memiliki akses langsung ke kampanye presiden dari kedua partai politik,” ucap lembaga-lembaga tersebut dalam keterangan gabungan, seperti dikutip The Guardian, Sabtu (24/8/2024).
Baik FBI, Kantor Direktur Intelijen Nasional, serta Badan Keamanan Siber dan Infrastruktur, menyebut Iran merasa bahwa pilpres AS tahun ini merupakan agenda yang sangat penting bagi negaranya. Dikatakan juga, Iran melibatkan operasi pengaruh yang menargetkan publik AS dan operasi siber yang menargetkan kampanye presiden.
“FBI telah menghubungi para korban peretasan dan akan terus menyelidiki dan mengumpulkan informasi untuk mengejar dan menghentikan pelaku ancaman yang bertanggung jawab,” tambah pernyataan itu.