Permintaan Bunker Kiamat Melonjak, Warga AS Khawatirkan Kekacauan Politik


Permintaan bunker kiamat di Amerika Serikat telah meningkat, didorong oleh meningkatnya kekhawatiran atas ketidakstabilan politik dan potensi kerusuhan sipil di negara tersebut. Beberapa negara di Timur Tengah dan Eropa juga mengalami peningkatan permintaan.

Menurut laporan, di AS tren ini muncul karena takut akan kemungkinan perang saudara, sehingga mereka mencari solusi tempat berlindung yang menggabungkan keamanan dengan kemewahan.

Ron Hubbard, pemilik Atlas Survival Shelters, perusahaan manufaktur bunker terkemuka yang berbasis di Texas, telah mengamati perubahan sentimen publik ini secara langsung. Dalam wawancara dengan Fox News, Hubbard mengungkapkan bahwa hampir setengah dari warga Amerika berpikir AS bisa mengalami perang saudara. 

Keyakinan ini berdampak signifikan pada bisnisnya, dengan semakin banyaknya klien yang mencari bunker bertahan hidup kelas atas yang memberikan perlindungan dan kenyamanan. Hubbard menekankan bahwa kliennya tidak hanya mencari tempat perlindungan dasar. Mereka menginginkan tempat perlindungan bom mewah yang menyerupai rumah. 

“Bagian dalam bunker saya tampak seperti rumah,” kata Hubbard, seraya mencatat bahwa preferensi terhadap kenyamanan ini merupakan faktor utama yang mendorong penjualan.

Perusahaannya menawarkan berbagai macam tempat perlindungan, mulai dari model seharga $20.000 atau sekitar Rp311 juta hingga yang harganya belasan miliar rupiah. Rata-rata, sebagian besar kliennya menghabiskan sekitar setengah juta dolar untuk bunker siap pakai ini, yang biasanya memiliki sekitar sembilan kamar. Klien terkenalnya termasuk bintang TV realitas Kim dan Khloé Kardashian, serta sensasi YouTube Mr. Beast. 

pasca-penutup
Interior bunker terlihat mewah (Foto: Atlas Survival Shelters)

Penjelasan perusahaan mengenai meningkatnya permintaan bunker kiamat didukung oleh Jajak Pendapat Nasional Marist pada bulan Mei, yang mengungkapkan bahwa 13% orang Amerika berpikir perang saudara “sangat mungkin terjadi,” dan 34% lainnya percaya hal itu “mungkin terjadi.”

Atlas Survival Shelters mengkhususkan diri dalam pembuatan tempat perlindungan yang dirancang untuk menahan berbagai macam ancaman, termasuk serangan gelombang elektromagnetik (EMP), perang biologis, dan gerombolan jahat. Klien perusahaan tidak terbatas pada Amerika Serikat. Perusahaan juga melayani pelanggan internasional, dengan Timur Tengah muncul sebagai pasar yang sangat aktif.

Ron Hubbard mengungkapkan bahwa negara-negara seperti Uni Emirat Arab mengadopsi praktik dari Israel. Penduduknya sering mengubah ruangan kecil di apartemen bertingkat tinggi mereka menjadi ruang berbenteng yang dilengkapi dengan sistem penyaringan udara canggih untuk melindungi dari ancaman nuklir dan biologi.

Hubbard telah menganjurkan agar para pembangun Amerika mengadopsi standar serupa, dengan menyarankan agar satu ruangan di rumah diubah menjadi “ruangan yang diperkeras” untuk melindungi dari tembakan, bencana alam, dan kerusuhan sipil.

Laporan itu mengatakan bahwa promosinya diterima oleh klien-klien kelas atas yang tidak hanya tertarik pada kelangsungan hidup, tetapi juga berupaya mempertahankan gaya hidup mereka bahkan dalam kondisi krisis.

Peningkatan Permintaan Bunker dari Eropa

Eropa juga mengalami peningkatan jumlah orang berinvestasi dalam bunker kiamat, mengikuti tren yang terlihat di Amerika Serikat. Menanggapi permintaan yang terus meningkat ini, Atlas Survival Shelters telah memperluas operasinya di luar pabriknya yang berbasis di Dallas dan mendirikan fasilitas manufaktur di Polandia untuk melayani kliennya di Eropa.

Sementara kekhawatiran mengenai kerusuhan sipil terutama mendorong permintaan bunker di AS, situasi di Eropa sebagian besar dipengaruhi oleh ketegangan geopolitik, khususnya konflik yang sedang berlangsung antara Rusia dan Ukraina.

Sejak Rusia melancarkan invasi ke Ukraina pada tahun 2022, telah terjadi diskusi yang mengkhawatirkan di Rusia tentang potensi penggunaan senjata nuklir terhadap negara-negara Eropa. Ancaman ini telah meningkatkan ketakutan di seluruh benua, yang menyebabkan lebih banyak orang mencari solusi untuk bertahan hidup.

Pada bulan Maret 2022, tak lama setelah dimulainya perang, Gary Lynch, manajer umum Rising S Company yang berkantor pusat di Texas, melaporkan peningkatan permintaan yang sangat besar sebesar 1.000 persen untuk tempat perlindungan bagi korban perang milik perusahaannya. Lonjakan ini terjadi segera setelah invasi Rusia.

Perusahaan tersebut telah menerima permintaan dari berbagai negara, termasuk Denmark, Italia, dan Inggris Raya. Banyak dari pelanggan ini khawatir bahwa konflik di Ukraina dapat meningkat dan menyebar ke wilayah tetangga, yang berpotensi melibatkan lebih banyak negara dan meningkat menjadi perang global berskala penuh.

Namun, Lynch mencatat bahwa tidak semua pelanggan membuat keputusan rasional; beberapa melakukan pembelian panik karena ketidakpastian.

Sementara itu, konflik Rusia-Ukraina bukanlah satu-satunya faktor yang mendorong minat terhadap bunker. Pada bulan April 2024, pengembang bunker mewah yang berbasis di Swiss, Oppidum Bunkers, melaporkan peningkatan permintaan yang stabil selama beberapa bulan terakhir.

Menariknya, pelanggan mereka sering kali lebih terpengaruh oleh budaya pop daripada peristiwa geopolitik, dengan menyebut inspirasi seperti foto bunker Hawaii milik Mark Zuckerberg dan film Netflix “Leave the World Behind.”