Permukaan Air di Anak Sungai Utama Amazon Anjlok ke Rekor Terendah


Perubahan iklim dan curah hujan di bawah rata-rata telah menyebabkan Rio Negro dan sungai-sungai lainnya berada pada tingkat paling dangkal yang pernah tercatat. Ini adalah salah satu sungai terbesar di dunia dan permukaan airnya telah menurun mencapai rekor terendah.

Rio Negro adalah anak sungai utama Sungai Amazon dan merupakan jalur air yang sangat penting. Sungai ini mengalirkan lebih dari 10 persen air di cekungan Sungai Amazon, dan merupakan sungai terbesar keenam di dunia berdasarkan debit rata-rata.

Dinas Geologi Brasil yang merupakan badan pemerintah mengungkapkan, Jumat (4/10/2024), di tengah kekeringan dan kebakaran hutan, Rio Negro anjlok hingga kedalaman 12,66 meter. Ini adalah situasi paling dangkal yang tercatat sejak pengukuran pertama kali dilakukan pada 1902. 

Para peneliti di kota pelabuhan Manaus khawatir permukaan air akan turun lebih jauh karena musim kemarau berlanjut hingga Oktober. “Ini sekarang merupakan kekeringan paling parah dalam lebih dari 120 tahun pengukuran di Pelabuhan Manaus,” kata Valmir Mendonca, kepala operasi pelabuhan, kepada kantor berita Reuters.

Sungai Rio Negro merupakan sungai air hitam terbesar di dunia, dengan pembusukan tumbuhan menyebabkan alirannya memiliki warna gelap yang khas. Namun, kekeringan yang meluas telah menyusutkan Rio Negro dan jalur air lainnya di Amazon, sehingga menimbulkan krisis lingkungan dan ekonomi.

Para ilmuwan meyakini perubahan iklim telah memperburuk kondisi musim kemarau yang biasa terjadi, menyebabkan dasar sungai menjadi kering, perahu terdampar, dan hewan air terdampar.

Beberapa pakar mengatakan kepada media lokal bahwa permukaan air Rio Negro bisa turun hingga di bawah 12 meter sebelum akhir bulan. Pengukuran kemarin melampaui rekor terendah yang ditetapkan tahun lalu, di akhir musim kemarau.

Anak sungai Amazon lainnya — termasuk Sungai Solimoes, yang bersinggungan dengan Rio Negro — juga mengalami tingkat air terendah sepanjang sejarah.

Kekeringan berpotensi memicu krisis kemanusiaan bagi lebih dari 40 juta orang yang tinggal di dan sekitar Amazon. Penduduk bergantung pada jalur air tidak hanya untuk minum dan mandi tetapi juga untuk transportasi dan makanan.

Pemilik restoran Erick Santos mengatakan kepada surat kabar O Globo bahwa bisnis di komunitasnya di Puraquequara, yang terletak di sepanjang Rio Negro, telah hancur akibat kekeringan. Bahan makanan pokok menjadi langka. “Pendapatan kami turun hingga 50 persen,” katanya kepada surat kabar itu. “Pada akhir pekan, orang-orang biasanya melompat ke air. Sekarang semuanya menjadi daratan.”

Para peneliti juga melaporkan menemukan lumba-lumba air tawar mati di sepanjang tepi sungai, stres akibat kekeringan. Dalam beberapa bulan terakhir, hutan hujan Amazon telah berjuang melawan curah hujan di bawah rata-rata dan kebakaran buatan manusia telah merusak tutupan pohon yang lebat, sehingga mengganggu bioma tropis.

Sebanyak 59 persen wilayah Brasil menderita dampak kekeringan, menurut laporan pemerintah bulan lalu. “Ini adalah pertama kalinya kekeringan melanda dari Utara hingga Tenggara negara ini,” kata Ana Paula Cunha, seorang peneliti di Pusat Nasional Pemantauan dan Peringatan Dini Bencana Alam, dalam sebuah pernyataan pada bulan September. “Ini adalah kekeringan paling parah dan meluas sepanjang sejarah.”