Perusahaan Teknologi Berantas Penyebaran Pornografi Deepfake


Sejumlah perusahaan teknologi terkemuka seperti Microsoft dan Adobe menyatakan komitmen mereka untuk menghapus gambar telanjang dari sumber data yang digunakan dalam melatih produk kecerdasan buatan (AI) mereka. Langkah ini juga mencakup upaya perlindungan untuk menahan penyebaran pornografi deepfake.

Dalam sebuah kesepakatan yang ditengahi oleh pemerintahan Presiden Joe Biden, perusahaan-perusahaan seperti Adobe, Anthropic, Cohere, Microsoft, dan OpenAI sepakat secara sukarela untuk menghapus gambar-gambar telanjang dari kumpulan data pelatihan AI mereka jika diperlukan.

Pengumuman yang disampaikan oleh Gedung Putih ini merupakan bagian dari gerakan yang lebih luas untuk melawan pelecehan seksual berbasis gambar terhadap anak-anak serta pembuatan gambar pornografi deepfake pada orang dewasa.

Kantor Kebijakan Sains dan Teknologi Gedung Putih menyatakan bahwa jumlah gambar-gambar semacam ini meningkat pesat dan menargetkan perempuan, anak-anak, dan komunitas LGBTQI+. Gambar-gambar ini muncul sebagai salah satu penggunaan AI yang paling berbahaya saat ini.

Menurut laporan dari AP News, Common Crawl—sebuah repositori data yang sering digunakan di era AI—juga bergabung dalam komitmen melawan pornografi deepfake. Data open source di internet, yang dikumpulkan oleh Common Crawl, merupakan sumber utama untuk melatih chatbot AI dan generator gambar. 

Common Crawl berkomitmen untuk bertanggung jawab dalam mengawasi sumber datanya dan melindunginya dari pelecehan seksual berbasis gambar.

Dalam komitmen terpisah pada Kamis (12/9), kelompok perusahaan lain seperti Bumble, Discord, Match Group, Meta, Microsoft, dan TikTok juga mengumumkan serangkaian prinsip sukarela untuk mencegah pelecehan seksual berbasis gambar. Pengumuman ini terkait dengan peringatan 30 tahun Undang-Undang Kekerasan Terhadap Perempuan di Amerika Serikat.

Langkah-langkah ini menunjukkan keseriusan industri teknologi dalam menangani masalah penyalahgunaan AI untuk tujuan yang merugikan. Dengan menghapus konten sensitif dari data pelatihan, perusahaan-perusahaan ini berharap dapat mencegah penyebaran konten berbahaya dan melindungi individu dari pelecehan digital.

Para ahli menyambut baik inisiatif ini sebagai langkah positif menuju penggunaan AI yang lebih etis dan bertanggung jawab. Diharapkan, kolaborasi antara pemerintah dan industri teknologi dapat terus berkembang untuk mengatasi tantangan yang muncul seiring dengan perkembangan teknologi kecerdasan buatan.