News

Pesan dari Spanyol, Saatnya Umat Islam Berpikir Masa Depan Peradaban

Rangkaian studi banding Komisi VIII DPR RI ke Spanyol untuk memperkuat narasi moderasi beragama ditutup dengan kunjungan lapangan ke Cordoba dan Granada. Selasa (10/5/2022) waktu setempat, rombongan anggota parlemen itu didampingi Duta Besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO beserta jajaran KBRI Madrid melihat situs peninggalan sejarah peradaban Islam di provinsi Andalusia yakni Masjid Cordoba kemudian Istana Alhambra.

Istana Alhambra merupakan bangunan bersejarah peninggalan Dinasti Nasrid yang disebut sebagai salah satu karya arsitektur terbaik dalam sejarah peradaban dunia, dilindungi oleh UNESCO sebagai situs warisan dunia (world heritage site). Selain Masjid Katedral Cordoba, Alhambra menjadi pusat destinasi wisata yang mengundang banyak wisatawan, khususnya Muslim dari seluruh dunia untuk melihat peninggalan sejarah peradaban Islam di Spanyol.

“Banyak wisatawan Muslim dari seluruh dunia datang ke Masjid Cordoba dan Istana Alhambra merasa sedih karena kejayaan Islam di Spanyol telah berakhir. Masjid berubah menjadi museum dan Istana Alhambra bukan lagi milik Umat Islam. Seharusnya tidak perlu bersedih, tapi dijadikan pelajaran agar umat Islam mampu introspeksi diri dan mau mengoreksi kesalahannya di masa lalu. Sayangnya sampai sekarang belum mampu dilakukannya, dan terus mencari kambing hitam. Lihatlah kondisi Timur Tengah saat ini,” kata Dubes Muhammad Najib.

dubes najib

Umar Del Pozo Cadenas, Presiden Yayasan Masjid Granada (Mezquita Mayor de Granada), menyampaikan hal yang senada dengan menyebut: “Cordoba dan Granada itu masa lalu, tapi masjid ini (Masjid Granada) adalah masa kini dan masa depan. Saatnya sekarang kita membangun peradaban masa depan. Tunjukkan akhlak Islam. Saya optimistis tentang masa depan Islam di Eropa,” ujarnya.

Dubes Spanyol Muhammad Najib di sela-sela memandu rombongan anggota DPR RI selama mengunjungi istana Alhambra berkali-kali menegaskan bahwa kini saatnya umat Islam dan dunia Islam membangun mindset baru dalam melihat sejarah. “Kita ke sini untuk mengambil kebijaksanaan masa lalu, tapi berpikirnya harus untuk masa depan. Mindset-nya harus besar. Dulu kejayaan peradaban Islam dibangun oleh orang-orang yang berpikiran besar,” katanya.

Dubes Najib menambahkan bahwa dalam melihat sejarah kita tidak boleh lagi terjebak dalam teori konflik yang hitam-putih. “Kita kalau melihat sejarah jangan lagi hitam-putih, maunya menyalahkan pihak lain, mencari kambing hitam. Tapi lupa melakukan introspeksi diri. Lupa mengakui kesalahan dan kelemahan kita sendiri. Seharusnya kita cari tahu juga apa kelemahan dan kesalahan itu, lalu diakui, dengan begitu kita bisa memperbaiki diri dan mulai membangun sesuatu yang besar untuk peradaban masa depan. Harus seperti itu berpikirnya,” katanya.

Ketua Komisi VIII DPR RI Yandri Susanto menilai bahwa kunjungan lapangan ke Spanyol bersama komisi yang dipimpinnya kali ini sangat penting dan substansial. “Kami banyak belajar. Ini kunjungan lapangan yang sangat berkualitas, penuh substansi, kami banyak terinspirasi dan ingin menindaklanjuti ke tahap berikutnya. Pak Dubes bukan hanya meninggalkan kesan tersendiri untuk para delegasi karena keramahan sambutannya, tetapi memberikan substansi yang sangat berkualitas sepanjang keberadaan kami di Spanyol,” katanya.

Pesan dari Spanyol ini sangat penting untuk direnungkan masyarakat Muslim di Indonesia maupun komunitas Muslim di manapun di dunia. Perspektif dalam melihat sejarah Islam perlu kita perbaiki agar umat Islam tidak lagi menjadi pihak yang inferior dan insecure, kerap melihat fragmen sejarah secara hitam putih dan cenderung mencari kambing hitam. Dengan perspektif yang benar, ditambah mindset yang besar, akan tumbuh rasa percaya diri yang kuat.

“Dari sana peradaban Islam masa depan bisa kita bangun kembali. Menyumbang yang terbaik untuk ilmu pengetahuan, teknologi, kemanusiaan, dan seterusnya,” pungkas Dubes Najib.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button