Surya Sahetapy mengenang momen terakhirnya bersama sang ayah, mendiang aktor senior Ray Sahetapy, sebagai saat paling membekas. Momen tersebut terjadi ketika Surya diwisuda dari National Technical Institute for the Deaf di Amerika Serikat. Keduanya sempat berbincang secara virtual melalui aplikasi Zoom, sebelum Ray mengalami serangan stroke.
“Wisuda itu adalah momen ekspresi kebanggaan terakhir dari ayah. Setelah itu, beliau terkena stroke. Sebelumnya kami sangat intens berkomunikasi, lewat juru bahasa isyarat, WhatsApp, dan media lainnya,” ungkap Surya di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan, Jumat (4/4/2025).
Surya mengatakan, setelah wisuda, ia belum sempat bercerita banyak soal aktivitas barunya sebagai dosen. Komunikasi terakhir mereka masih seputar kelanjutan studi S2 yang tengah dijalaninya.
Salah satu pesan paling membekas dari Ray, menurut Surya, adalah agar ia terus memperjuangkan hak-hak penyandang disabilitas, khususnya tuli, agar bisa hidup lebih nyaman dan setara di tengah masyarakat.
“Ayah selalu bilang, perjuangkan supaya hidup orang-orang tuli bisa lebih nyaman. Itu pesan yang tidak akan saya lupakan,” tegas Surya.
Surya juga mengungkap, sejak ia kecil, sang ayah kerap merasa sedih melihat stigma negatif masyarakat terhadap kaum tuli. Dari situlah, dorongan untuk terus berkarya lahir dari Ray kepada anak-anaknya.
“Ayah dan Kak Gischa mendorong saya lewat seni, lewat edukasi bahasa isyarat. Beliau ingin membuktikan bahwa tuli itu bisa. Ini penting untuk ditunjukkan ke masyarakat luas,” ujar Surya.
Sebagai informasi, Ray Sahetapy meninggal dunia pada Selasa (1/4/2025) pukul 21.04 WIB di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta, dalam usia 68 tahun. Jenazahnya sempat disemayamkan di Rumah Duka Sentosa RSPAD sejak Rabu (2/4/2025).
Setelah disalatkan di Masjid Istiqlal, jenazah Ferenc Raymond Sahetapy atau Ray Sahetapy dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan, pada Jumat (4/4/2025).
Jika kamu butuh versi straight news atau narasi memoar yang lebih puitis, saya bisa bantu sesuaikan juga.