Pidato Monolog Gibran Soal Bonus Demografi tak Sesuai BPS


Muhammad Anwar, Peneliti dari Institute for Demographic and Affluence Studies (IDEAS), menilai pidato monolog Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka soal bonus demografi tidak sesuai dengan realitas yang ditunjukkan data Badan Pusat Statistik (BPS).

Pidato monolog Gibran yang disiarkan di kanal YouTube Wakil Presiden Republik Indonesia pada 19 April 2025, menyoroti harapan besar terhadap kekuatan usia produktif, khususnya generasi muda, dalam mendorong kemajuan ekonomi. Namun Anwar menilai realitas yang ditunjukkan data BPS menjadi cermin tajam bahwa optimisme Gibran tersebut masih belum dibarengi dengan kesiapan struktural dan kebijakan yang konkret.

Kolom komentar pidato Gibran itu sekarang ini dipenuhi hujatan. Menurut Anwar, tingkat pengangguran terbuka yang justru didominasi oleh anak-anak muda menunjukkan bahwa potensi besar yang dimiliki Indonesia belum benar-benar dimanfaatkan, bahkan justru bisa berubah menjadi beban demografi apabila tidak segera ditangani secara serius.

Anwar mengatakan narasi bonus demografi seharusnya tidak berhenti pada retorika semata. Harus ada upaya sistematis untuk mengatasi akar persoalan, mulai dari kualitas pendidikan yang tidak link and match dengan kebutuhan pasar kerja, minimnya akses terhadap pelatihan vokasi yang relevan, hingga terbatasnya lapangan pekerjaan yang layak dan bermartabat bagi kaum muda.

“Kita tidak bisa bicara soal golden generation ketika mereka dibiarkan menghadapi dunia kerja tanpa keterampilan yang memadai, atau bahkan harus berebut pekerjaan informal yang tidak menjamin masa depan,” kata Anwar kepada Inilah.com, Jumat (25/4/2025).

Pemerintah harus jujur pertumbuhan ekonomi yang selama ini diklaim inklusif ternyata masih belum berhasil menciptakan lapangan kerja yang memadai. Bonus demografi adalah momentum langka dalam sejarah bangsa jika tidak dikelola dengan tepat, ia akan berubah menjadi bom waktu sosial yang menghantam stabilitas dan keadilan ekonomi.