News

PM Inggris Boris Johnson Akhirnya Mundur

Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson resmi mengumumkan pengunduran dirinya sebagai Ketua Partai Konservatif, Kamis (7/7/2022).

Pengunduran diri Johnson itu setelah munculnya gelombang protes, skandal hingga pengunduran diri sejumlah Menteri dalam pemerintahannya.

“Sekarang jelas keinginan Partai Konservatif bahwa harus ada pemimpin baru untuk partai itu dan karena itu, seorang Perdana Menteri baru,” kata Johnson dalam pidatonya.

Sikap Johnson ini berubah 180 derajat. Sebelumnya ia bersikeras tidak akan mundur dari kursi PM Inggris.

“Jadi saya ingin mengatakan kepada jutaan orang yang memilih kami tahun 2019, banyak dari mereka memilih Partai Konservatif, untuk pertama kalinya. Terima kasih untuk mandat luar biasa itu. Mayoritas Partai Konservatif terbesar sejak tahun 1987,” tutur Johnson.

Gelombang pengunduran diri jajaran pemerintahannya, dimulai akibat sejumlah skandal. Mulai dari pelanggaran aturan COVID-19 yang dilakukan oleh Downing Street hingga penunjukan seorang pejabat yang terlibat kasus kekerasan seksual.

“Saya sepakat dengan Sir Graham Brady, ketua anggota parlemen Backbench kami, bahwa proses pemilihan pemimpin baru itu harus dimulai sekarang. Dan jadwalnya akan diumumkan pekan depan,” pungkasnya.

Drama terbaru di jantung kekuasaan Inggris muncul ketika ekonomi merosot tajam. Para ekonom mengingatkan bahwa negara itu bisa jatuh ke dalam resesi.

Jajak pendapat singkat YouGov menunjukkan bahwa 69 persen warga Inggris berpendapat Johnson harus turun dari kursi Perdana Menteri.

Satu bulan lalu, Johnson lolos dari mosi tidak percaya oleh para anggota parlemen Konservatif, dan menurut aturan partai dia tidak akan menghadapi mosi seperti itu lagi selama setahun. Namun, beberapa anggota parlemen berusaha mengubah aturan itu.

Johnson juga diselidiki oleh sebuah komite atas dugaan telah membohongi parlemen terkait pelanggaran penguncian COVID-19 yang dilakukannya.

Jika Johnson lengser, proses untuk mencari penggantinya akan memakan waktu beberapa bulan.

Dua setengah tahun yang lalu, Johnson meraup suara mayoritas di parlemen dengan janji akan menyelesaikan persoalan bertahun-tahun sejak Inggris keluar dari Uni Eropa (Brexit).

Namun sejak itu, cara dia menangani pandemi telah menuai kritik dan pemerintahannya bergerak dari satu masalah ke masalah lainnya.

Meski Johnson meraih pujian atas dukungannya kepada Ukraina, hal itu tidak mampu mengerek popularitasnya dalam jajak-jajak pendapat.

Peringkat Konservatif berada di bawah partai Buruh oposisi, dan popularitas Johnson anjlok ke titik terendah sepanjang kariernya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button