Potensi Kemerosotan Demokrasi Sudah Terlihat Sejak Sembilan Tahun Lalu

Peneliti Senior Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Firman Noor menyatakan bahwa pemerintah hingga akademisi telah abai terhadap peringatan kemerosotan demokrasi yang sudah dibaca sejak sembilan tahun lalu.

Menurutnya, hal tersebut telah diungkapkan oleh salah satu pakar ilmu politik dari Amerika Serikat, Jeffrey A. Winters. “Demokrasi kita yang semakin mundur atau sudah di ujung tanduk ini ini merupakan akumulasi yang dicicil sejak lama, potensinya sudah ada sebetulnya sembilan tahun yang lalu,” kata Firman di Jakarta, dikutip Kamis (8/2/2024).

Firman pun mengakui keabsahan pernyataan Jeffrey yang mengungkap adanya potensi oligarki dalam kemerosotan demokrasi. Akan tetapi, pendapat Jeffrey tidak digubris oleh pemerintah hingga akademisi. “Sekarang (pemerintah maupun akademisi) mengaku kena prank ramai-ramai, pada nangis,” ungkapnya.

Ia menjelaskan bahwa penyerahan kekuasaan ini sudah digaungkan oleh akademisi yang tidak dalam lingkup pemerintahan. Namun lagi-lagi, hal tersebut diabaikan sehingga menciptakan kegelisahan akibat kondisi demokrasi saat ini.

“Saat yang sama juga elemen-elemen demokrasi terbengkalai tidak diperhatikan tidak disantuni atau diperkuat tertutup oleh kerja-kerja di bidang investasi dan ekonomi. Hasilnya bisa kita lihat sekarang,” tuturnya.

Sebelumnya, Aliansi Akademisi Peduli Demokrasi menyuarakan soal penyelamatan pemilu dan demokrasi bangsa. Aliansi Akademisi Peduli Demokrasi menyerukan delapan poin yang harus diperhatikan oleh pemerintah, khususnya Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Mereka menegaskan bahwa presiden harus bersikap netral dan secara kenegarawanan menyadari kedudukannya sebagai pemimpin negara bagi seluruh rakyat Indonesia dalam kontestasi elektoral kali ini.

Sumber: Inilah.com