Prabowonomics, Kesetaraan, dan Kolaborasi Bangun Ekonomi


Kolaborasi antara pengusaha lokal dan konglomerat dapat menciptakan manfaat ekonomi yang berlipat ganda. Pengusaha lokal memiliki pemahaman unik tentang konteks sosial dan budaya, sementara konglomerat membawa modal dan jaringan global. Sinergi ini dapat mendorong inovasi dan efisiensi yang lebih besar dalam perekonomian, asalkan pemerintah bisa memastikan distribusi keuntungan secara adil.

Peristiwanya sudah berlangsung hampir dua pekan, tetapi masih saja ramai diperbincangkan publik. Kala itu Presiden Prabowo mengenalkan pengusaha asal Kalimantan Andi Syamsuddin Arsyad alias H Isam kepada puluhan pengusaha asal Jepang  yang tergabung dalam Asosiasi Japan Jakarta Club, di Istana Negara. “Bapak Andi Syamsudin Arsyad, seorang pengusaha terkemuka dari Kalimantan,” kata Prabowo saat memberi sambutan di Istana Negara, Jumat (6/12/2024).

Momen itu bukan hanya simbolis, tetapi juga mencerminkan strategi besar Prabowo untuk membangun ekonomi berbasis kolaborasi antara pengusaha lokal dan mitra internasional. Sejatinya langkah Prabowo yang mengusung konsep Prabowonomics, dipandang banyak kalangan membawa angin segar bagi pembangunan ekonomi Indonesia. Dalam pidato kenegaraan pertamanya setelah dilantik, Prabowo menegaskan keberpihakannya pada pengusaha lokal dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) sebagai pondasi utama ekonomi bangsa. 

Haji Isam, yang dikenal sebagai salah satu pengusaha pribumi sukses melalui Jhonlin Group, merupakan contoh nyata dari visi ekonomi Prabowo. Dengan menggandeng pengusaha seperti Haji Isam, Prabowo menunjukkan bahwa pengusaha lokal dapat menjadi motor penggerak ekonomi nasional. Tidak hanya sekadar menjembatani kepentingan bisnis lokal dengan internasional, tetapi juga membuktikan bahwa Indonesia memiliki potensi besar yang dapat dioptimalkan melalui kerja sama yang strategis.

Langkah Prabowo menggandeng pengusaha lokal memiliki dasar yang kuat, baik secara ekonomi maupun sosial. Pertama, pengusaha lokal memiliki pemahaman mendalam tentang kondisi pasar dan budaya Indonesia. Mereka lebih adaptif terhadap tantangan lokal dibandingkan dengan investor asing. Haji Isam, misalnya, telah menunjukkan dedikasinya untuk mendukung visi Prabowo melalui langkah konkret seperti membeli 2.000 unit ekskavator dari China untuk mendukung program food estate. Langkah ini tidak hanya menunjukkan keberanian investasi besar, tetapi juga komitmen untuk mewujudkan kebijakan pemerintah.

Kedua, mengikutsertakan pengusaha lokal adalah upaya untuk mengurangi ketergantungan pada oligarki ekonomi yang selama ini mendominasi Indonesia. Selama beberapa dekade, ekonomi Indonesia cenderung dikuasai oleh segelintir elite, sementara pengusaha kecil dan menengah sering kali terpinggirkan. Prabowo memahami bahwa ekonomi yang inklusif hanya dapat terwujud jika pengusaha lokal diberi ruang yang lebih besar untuk berkembang. Dengan dukungan langsung dari pemerintah, pengusaha lokal dapat tumbuh dan bersaing di tingkat nasional maupun internasional.

Ketiga, Prabowo percaya bahwa kebijakan ekonomi harus berada di titik tengah antara kapitalisme dan sosialisme. Prabowonomics mengusung konsep “Ekonomi Konstitusi” yang berupaya menciptakan keseimbangan antara peran pemerintah dan mekanisme pasar. Dalam struktur ini, pemerintah berperan sebagai fasilitator utama, sementara sektor swasta diberdayakan untuk menjadi mitra strategis. Konsep ini telah berhasil diterapkan di negara-negara seperti Korea Selatan dan Jepang, yang mampu mentransformasi perekonomian mereka dari berbasis agraris menjadi industri maju.

Tantangan Ekonomi Prabowo

Sebagai Presiden, Prabowo menghadapi berbagai tantangan ekonomi yang harus diselesaikan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan mengurangi ketimpangan. Salah satu tantangan utama adalah ketimpangan ekonomi yang masih tinggi di Indonesia. Laporan menunjukkan bahwa kekayaan 10 orang terkaya di Indonesia lebih besar dari kekayaan gabungan 114 juta penduduk. Ketimpangan ini menciptakan kesenjangan sosial yang memperlambat pertumbuhan inklusif.

Itu sebabnya Prabowo perlu memperkuat redistribusi kekayaan melalui program-program seperti reformasi agraria, peningkatan akses pendidikan dan kesehatan, serta perluasan jaringan perlindungan sosial. Dalam konteks ini, teori John Rawls tentang “keadilan sebagai fairness” menjadi sangat relevan. Rawls dalam bukunya A Theory Of Justice menekankan pentingnya memastikan bahwa kebijakan ekonomi memberi keuntungan terbesar kepada kelompok masyarakat yang paling kurang beruntung. 

Apa yang dikemukan profesor dari Harvard University Simon Kuznets, juga dapat menjadi rujukan. Dalam pandangan Kuznets, ketimpangan ekonomi cenderung meningkat pada tahap awal pembangunan ekonomi dan kemudian menurun seiring dengan peningkatan pendapatan dan pembangunan yang lebih merata. Oleh karena itu, Prabowo perlu fokus pada kebijakan yang mempercepat transisi menuju distribusi pendapatan yang lebih merata, seperti meningkatkan investasi di sektor UMKM dan kawasan tertinggal.

Prabowo juga menghadapi tantangan dalam menciptakan lapangan kerja yang berkualitas. Dengan tingkat pengangguran yang masih tinggi, khususnya di kalangan pemuda, Prabowo perlu memastikan bahwa investasi asing dan lokal benar-benar berdampak pada penciptaan pekerjaan bagi rakyat Indonesia.

Tantangan lainnya adalah memperbaiki infrastruktur di daerah-daerah terpencil untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang merata. Infrastruktur yang memadai akan membuka akses pasar bagi petani, nelayan, dan pelaku UMKM, sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan mereka.

Prabowo juga dituntut mampu menyeimbangkan hubungan antara pengusaha besar dan kecil. Meskipun pengusaha besar seperti konglomerat memiliki peran penting dalam perekonomian, mereka tidak boleh mengabaikan keberadaan UMKM yang menjadi tulang punggung ekonomi nasional. Kebijakan ekonomi yang adil dan berimbang diperlukan untuk menciptakan sinergi antara kedua kelompok ini.

Selain itu, tekanan eksternal seperti perlambatan ekonomi global dan tantangan perubahan iklim memerlukan perhatian khusus. Prabowo perlu mengembangkan kebijakan ekonomi yang berkelanjutan dengan mengedepankan teknologi ramah lingkungan dan diversifikasi ekonomi, sehingga Indonesia tidak terlalu bergantung pada sektor tertentu, seperti pertambangan dan energi fosil.

Kolaborasi dengan Konglomerat

Dalam menjalankan visi ekonominya, Prabowo juga tidak meninggalkan konglomerat besar yang telah menjadi bagian penting dari ekonomi Indonesia. Sebaliknya, ia mengajak mereka untuk berkolaborasi dengan pengusaha lokal. Dalam konteks pembangunan satu juta apartemen per tahun di perkotaan, misalnya, Prabowo memberikan ruang bagi konglomerat besar untuk berpartisipasi. Namun, untuk pembangunan dua juta rumah di desa, prioritas diberikan kepada pengusaha lokal. Strategi ini menunjukkan pendekatan “spread the cake”, di mana semua pihak mendapat porsi sesuai dengan kapasitas dan kontribusinya.

Hashim Djojohadikusumo, adik Prabowo sekaligus Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra pernah menegaskan, pendekatan ini tidak hanya tentang mencari cuan, tetapi juga menciptakan manfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia. Dengan memastikan pengusaha lokal terlibat dalam proyek-proyek besar, Prabowo ingin menciptakan ekosistem ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

Ini sejalan dengan apa yang pernah disampaikan Joseph E Stiglitz, seorang ekonom pemenang Nobel. Ia menekankan, kolaborasi antara pengusaha lokal dan konglomerat dapat menciptakan manfaat ekonomi yang berlipat ganda. Stiglitz berargumen, pengusaha lokal memiliki pemahaman unik tentang konteks sosial dan budaya, sementara konglomerat membawa modal dan jaringan global. Sinergi ini dapat mendorong inovasi dan efisiensi yang lebih besar dalam perekonomian, asalkan pemerintah memainkan peran sebagai fasilitator yang memastikan distribusi keuntungan secara adil.

Pengusaha Lokal dalam Visi Prabowo

Pengusaha lokal seperti Haji Isam memainkan peran penting dalam mewujudkan visi besar Prabowo. Dengan latar belakang dan pengalaman mereka, pengusaha lokal dapat menjadi jembatan antara pemerintah dan masyarakat. Mereka tidak hanya berperan sebagai pelaksana kebijakan, tetapi juga sebagai inovator yang mampu menciptakan solusi untuk tantangan ekonomi nasional.

Sebagai contoh, program food estate yang diusung Prabowo membutuhkan investasi besar dan manajemen yang efisien. Haji Isam, dengan sumber daya dan jaringan yang dimilikinya, mampu memberikan kontribusi nyata untuk mewujudkan program ini. Keberhasilannya akan menjadi bukti bahwa pengusaha lokal memiliki kapasitas untuk mendukung proyek-proyek strategis pemerintah.

Akhirnya, Prabowonomics adalah sebuah paradigma baru yang berupaya mengintegrasikan kekuatan pengusaha lokal dengan sumber daya nasional untuk menciptakan ekonomi yang berdaulat dan inklusif. Melalui kebijakan yang mendukung pertumbuhan ekonomi lokal, serta pendekatan kebijakan yang inklusif, Prabowo berusaha menciptakan ekosistem ekonomi yang lebih adil. 

Namun, keberhasilan visi ini sangat bergantung pada pelaksanaan dan evaluasi kebijakan yang konsisten. Jika berhasil, Prabowonomics tidak hanya akan menjadi solusi untuk tantangan ekonomi Indonesia, tetapi juga menjadi model pembangunan ekonomi yang dapat dicontoh oleh negara lain.