Muhammad Hasyim Asy’ari atau yang lebih dikenal dengan KH Hasyim Asy’ari merupakan seorang ulama sekaligus pendiri organisasi Islam, Nahdlatul Ulama (NU).
KH Hasyim Asy’ari ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada 17 November 1964 karena perannya dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Biodata KH Hasyim Asy’ari
- Nama lengkap: Muhammad Hasyim Asy’ari
- Nama panggilan: KH Hasyim Asy’ari
- Tempat, tanggal lahir: Tambakrejo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, 14 Februari 1871
- Orang tua: Kiai Asy’ari dan Nyai Halimah
- Agama: Islam
- Pasangan: Nafisah, Khadijah, Nafiqoh, Nyai Masyruroh
- Anak-anak: 14
- Pekerjaan: Ulama, Pendiri NU, dan Pahlawan nasional
Dikutip dari situs resmi NU, KH Muhammad Hasyim Asy’ari lahir di Tambakrejo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, pada 14 Februari 1871.
Ia merupakan anak ketiga dari 11 bersaudara sekaligus putra dari pasangan Kiai Asy’ari dan Nyai Halimah.
Muhammad Hasyim Asy’ari memang lahir dari keluarga beragama yang mementingkan pendidikan.
Sang ayah merupakan pendiri Pesantren Keras di Jombang. Sementara, kakeknya yang bernama Kiai Usman mendirikan Pesantren Gedang.
Kakek buyutnya yang diketahui bernama Kiai Sihah adalah pendiri Pesantren Tambakberas di Jombang.
Adapun KH Hasyim Asy’ari merupakan kakek dari Presiden Indonesia keempat yaitu KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
Pendidikan KH Hasyim Asy’ari
KH Hasyim Asy’ari dikenal pandai dan rajin belajar sejak kecil. Pada usai enam tahun, ia belajar agama di bawah bimbingan ayahnya sendiri.
Bidang-bidang yang dipelajarinya kala itu adalah tauhid, hukum Islam, bahasa Arab, tafir, dan hadis.
Kecerdasannya membuat KH Hasyim Asy’ari yang baru berusia 13 tahun sudah menjadi pengajar santri di pesantren ayahnya.
Mulai usia 15 tahun, KH Hasyim Asy’ari belajar di berbagai pesantren di Jawa Timur, termasuk pesantren milik Kiai Ya’kub, Siwalan Panji Sidoarjo, pada 1891.
Pada 1892 saat berumur 21 tahun, KH Hasyim Asy’ari menunaikan ibadah haji sekaligus memperdalam ilmunya di Makkah.
KH Hasyim Asy’ari tinggal di Makkah selama tujuh tahun dan berguru dengan Syekh Mahfudz al-Tarmisi yang merupakan ahli hadis dan Syekh Ahmad Khatib dari Minangkabau.
Ilmu-ilmu yang ia serap selama di Makkah menambah pengetahuan KH Hasyim Asy’ari yang pulang ke Indonesia dan mendirikan Pesantren Tebuireng pada tahun 1899.
Sejarah Singkat Berdirinya NU
Dilansir dari situs resmi NU, setelah melakukan salat istikharah dan mendapat berbagai petunjuk, tekad KH Hasyim Asy’ari bulat untuk mendirikan organisasi.
KH Hasyim Asy’ari sangat berhati-hati mendirikan organisasi Islam sebab saat itu ia dikenal sebagai Bapak Umat Islam Indonesia (Jawa).
KH Hasyim Asy’ari juga menjadi sosok yang dimintai nasihat oleh tokoh pergerakan nasional.
Peran itu membuat ide mendirikan sebuah organisasi harus lebih dipertimbangkan.
Berdirinya NU juga sebagai respons situasi dunia Islam kala itu yang dilanda pertentangan paham bermazhab.
Semua bermula ketika Dinasti Raja Saud di Arab Saudi ingin membongkar makam Nabi Muhammad SAW karena menjadi tujuan ziarah seluruh muslim di dunia dan dianggap bid’ah.
Raja Saud juga menolak praktik bermazhab di wilayah kekuasaannya dan cuma mau menerapkan mazhab Wahabi.
Kebijakan itu dibawa ke Muktamar Dunia Islam di Makkah dan umat Islam Indonesia yang tergabung dalam Centraal Comite Chilafat (CCC) akan mengirim delegasi ke Makkah.
KH Abdul Wahab Chasbullah mendekati tokoh CCC, termasuk KH Mas Mansur dan H.O.S Tjokroaminoto untuk mendesak Raja Saud melindungi kebebasan bermazhab.
Karena selalu berakhir dengan kekecewaan, KH Abdul Wahab akhirnya membentuk panitia sendiri yang dikenal dengan Komite Hijaz pada Januari 1926.
Komite Hijaz yang akan dikirim ke Mukmatar Dunia Islam ini telah direstui KH Hasyim Asy’ari. Mereka pun mengundang ulama terkemuka untuk berdiskusi mengenai utusan yang akan dikirim ke Makkah.
Para ulama dipimpin KH Hasyim Asy’ari datang ke Kertopaten, Surabaya, dan sepakat menunjuk KH Raden Asnawi Kudus sebagai perwakilan.
Namun, setelah itu muncul pertanyaan KH Raden Asnawi ini berangkat atas nama siapa atau institusi apa? Maka lahirlah Jam’iyah Nahdlatul Ulama pada 31 Januari 1926.
Pemikiran KH Hasyim Asy’ari
Situs resmi NU mengungkapkan ada empat pilar pemikiran dari KH Hasyim Asy’ari, yakni:
1. Perkumpulan dan Organisasi
Organisasi bukan hanya menjadi tempat berkumpul, tetapi juga menjadi benteng pertahanan dalam menjaga aqidah dan syariat Islam.
2. Pentingnya Saling Mengenal
Dalam masyarakat majemuk, saling mengenal antarumat Islam menjadi sebuah keharusan, sehingga tujuan bersama dapat dicapai.
3. Persatuan
KH Hasyim Asy’ari menegaskan bahwa persatuan bukan hanya sekadar slogan, tetapi menjadi kunci utama dalam menjaga keaslian ajaran Islam.
4. Kekompakan
Kekompakan menekankan kualitas hubungan antaranggota. Dengan kekompakan, umat Islam dapat bersama-sama menghadapi tantangan dan mencapai tujuan dengan lebih efektif serta efisien.
Resolusi Jihad
Awal-awal Indonesia merdeka, KH Hasyim Asy’ari yang mengetahui Belanda ingin menduduki Tanah Air lagi mencetuskan fatwa resolusi jihad pada 22 Oktober 1945.
Resolusi jihad ini menggerakkan seluruh elemen bangsa untuk mempertahankan kemerdekaan dari Agresi Militer Belanda kedua yang menumpang sekutu.
Melalui fatwa resolusi jihad, KH Hasyim Asy’ari menyatakan bahwa membela negara dan melawan penjajah hukumnya fardhu ain alias wajib bagi setiap orang dewasa.
Fatwa ini disebar melalui masjid, musala, dari mulut ke mulut, hingga surat kabar Kedaulatan Rakjat dan Berita Indonesia.
Resolusi jihad memunculkan gerakan perlawanan di berbagai daerah terhadap Belanda dan sekutu. Salah satu yang heroik adalah pertempuran di Surabaya pada 10 November 1945.
KH Hasyim Asy’ari kemudian wafat pada 25 Juli 1947 dan jenazahnya dikebumikan di Pesantren Tebuireng Jombang.
Karya KH Hasyim Asy’ari
Berikut adalah sebagian karya-karya KH Hasyim Asy’ari yang kebanyakan ditulis dalam bahasa Arab:
- Adabul ‘Alim wal Muta’allim
- Risalah Ahlussunnah wal Jamaah
- At-Tibyan fin Nahyi an-Muqothoatil Arham wal Aqorib wal Ikhwan
- An-Nurul Mubin fi Mahabbati Sayyidil Mursalin
- Ziyadatut Ta’liqot
- At-Tanbihat Wajibat li man Yasna’ Al-Maulid bil Munkaroti
- Dhou’ul Misbah fi Bayani Ahkamin Nikah
- Al-Qanun al-Asasi li Jam’iyah Nahdlatul Ulama
- Al-Mawa’iz
- Hadits al-Mawt wa ‘Ashrah al-Sa’ah
- Hasyiyah Fath alRahman
- Al-Durar al-Muntathirah al-Tis’ ‘Asyarah
- Al-Risalah al-Tauhidiyyah
- Al-Qala’id fi Bayani ma Yajib min al-‘Aqa’id
- Keoetamaan Bertjotjok Tanam dan Bertani
.
.
Dapatkan Informasi Terupdate dan Paling Menarik Seputar Mozaik Islam di Laman Google News Inilah.com.