Profil Sven-Göran Eriksson: Kisah Hidup dan Karier Pelatih yang Mendunia


Sven-Göran Eriksson, mantan manajer tim nasional Inggris, meninggal dunia, Senin (28/8/2024) di usia 76 tahun setelah berjuang melawan penyakit yang dideritanya. Kabar duka ini dikonfirmasi oleh perwakilannya kepada Media-media di Inggris. 

“Sven-Göran Eriksson telah meninggal dunia. Setelah lama sakit, SGE meninggal di rumahnya pada pagi hari, dikelilingi oleh keluarganya,” bunyi pernyataan resmi tersebut.

Pada Januari 2024, Eriksson secara terbuka mengungkapkan bahwa dirinya didiagnosis menderita kanker stadium akhir dan hanya memiliki “sekitar satu tahun” untuk hidup. 

Pengakuan ini memicu gelombang dukungan dari rekan-rekan lamanya dan para penggemar sepak bola di seluruh dunia. Media Inggris sebelumnya melaporkan bahwa Eriksson didiagnosis dengan kanker pankreas, salah satu jenis kanker yang paling mematikan.

Perjalanan Karier Eriksson yang Gemilang

Eriksson dikenal luas karena kiprahnya sebagai manajer tim nasional Inggris, menjadi orang pertama di luar Inggris yang menduduki posisi tersebut. 

Ia memimpin tim yang disebut sebagai “Generasi Emas” Inggris, bekerja dengan pemain-pemain bintang seperti David Beckham, Wayne Rooney, Steven Gerrard, Frank Lampard, dan Rio Ferdinand selama dua Piala Dunia dan satu Kejuaraan Eropa.

“Generasi Emas” Inggris. (Foto: Getty Images)

Namun, karier Eriksson tidak hanya sebatas Inggris. Ia memulai karier kepelatihannya di Swedia, memimpin IFK Göteborg meraih gelar Piala UEFA (sekarang Liga Europa) pada 1982, yang menjadi salah satu pencapaian penting dalam hidupnya. 

“Salah satu trofi pertama yang saya menangkan adalah bersama Göteborg, dan setelah beberapa tahun, kami memenangkan trofi di Eropa. Itu memberi saya tiket untuk meninggalkan Swedia dan masuk ke dunia sepak bola profesional,” kenang Eriksson dalam wawancara dengan Sky Sports pada 2020.

Sven-Göran Eriksson bersama trofi Lazio
Sven-Göran Eriksson bersama trofi Lazio. (Foto: Getty Images)

Setelah sukses di Swedia, Eriksson melanjutkan kariernya di Portugal bersama Benfica, di mana ia memenangkan dua gelar liga dan Piala Portugal. Ia juga membawa Benfica ke final Piala UEFA pada 1983. 

Setelah itu, Eriksson melanjutkan kariernya di Italia, di mana ia memimpin Lazio ke era keemasan dengan memenangkan Coppa Italia, Piala Super Italia, Piala Winners UEFA 1999, dan gelar Serie A pada 2000.

Warisan di Sepak Bola Dunia

Eriksson juga memiliki karier manajerial yang luas di luar Eropa, termasuk menangani tim nasional Pantai Gading, Meksiko, Filipina, dan klub-klub di Tiongkok. 

Meski perjalanan kariernya penuh dengan tantangan, termasuk tekanan media yang sering kali tidak bersahabat, Eriksson tetap dikenang sebagai seorang pelatih dengan karisma dan dedikasi yang luar biasa.

Putra dari seorang sopir truk dari Sunne, Swedia, Eriksson selalu berusaha menjalani hidupnya dengan penuh makna. 

Sven-Göran Eriksson kembali ke Anfield dalam laga amal. (Foto: Getty Images)
Sven-Göran Eriksson kembali ke Anfield dalam laga amal. (Foto: Getty Images)

Setelah didiagnosis dengan kanker, Liverpool, klub yang selalu diidolakannya, mengundangnya untuk menjadi bagian dari tim manajemen Liverpool FC Legends untuk pertandingan amal melawan Ajax Legends di Stadion Anfield.

Meninggalnya Eriksson meninggalkan duka mendalam di kalangan sepak bola internasional. Pangeran William, Presiden Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA), juga memberikan penghormatan, menyebut Eriksson sebagai 

“seorang pria sejati di dunia sepak bola.” Penghormatan serupa juga datang dari berbagai klub yang pernah ditanganinya, termasuk Inggris, Benfica, Manchester City, Gothenburg, dan Lazio.

Eriksson akan selalu dikenang sebagai pelatih yang berusaha sebaik mungkin dalam setiap peran yang diembannya. 

Seperti yang diungkapkannya dalam sebuah dokumenter di Amazon Prime Video, “Jangan bersedih, tersenyumlah. Terima kasih untuk semuanya, pelatih, pemain, penonton, ini adalah perjalanan yang fantastis. Jaga diri kalian dan jalani hidup sepenuhnya.”

Sven-Göran Eriksson tidak hanya meninggalkan warisan di dunia sepak bola, tetapi juga kenangan tentang bagaimana menjalani hidup dengan penuh semangat dan dedikasi, baik di lapangan maupun di luar lapangan.