Market

Proyek Kendaraan Dinas Listrik, Jatam: Luhut Rawan Konflik Kepentingan

Keputusan Presiden Jokowi menunjuk Menko Kemaritiman dan Investasi (Marves) Luhut B Pandjaitan sebagai koordinator proyek kendaraan dinas listrik, justru membuka ruang bagi konflik kepentingan.

Koordinator Jaringan Advokasi Tambang (Jatam, Melky Nahar menilai, sulit untuk tidak menyebut Menko Luhut tak punya konflik kepentingan alias conflict of interest. Lantaran Luhut adalah pendiri TBS Energi Utama Tbk (Toba), berkongsi dengan GOTO milik Boy Thohir membentuk Electrum yang berbisnis motor listrik. “Konflik kepentingannya besar sekali. Luhut bertindak sebagai wasit dan pemain, sekaligus,” tegas Mely kepada Inilah.com, Jakarta, Kamis (22/9/2022).

Mungkin anda suka

Kalau pun Luhut mengaku sudah tidak punya saham di Toba, menurut Melky, belum menjamin menko ‘kesayangan’ Jokowi itu, bebas dari conflict of interest. “Dia (Luhut) jual saham Toba itu patut diduga untuk terhindar dari konflik kepentingan, meski secara tidak langsung Luhut masih bisa mengendalikannya. Apalagi, keponakan dia masih menjabat posisi penting di situ (Toba). Plus bikin perusahaan baru dengan Gojek untuk berbisnis di ekosistem kendaraan listrik,” bebernya.

Pada 13 September 2022, Presiden Jokowi mengeluarkan Inpres No 7 Tahun 2022 tentang kendaraan listrik untuk kendaraan dinas pemerintah pusat hingga daerah. Di mana, seluruh kendaraan dinas di pemerintahan pusat dan daerah harus bertenaga listrik.

Beleid ini menjadi kado istimewa untuk sejumlah menteri  dan elit politik yang berbisnis kendaraan listrik mulai hulu hingga hilir.

Berdasarkan catatan Jatam, sejumlah menteri, pejabat negara serta elit politik terlibat bisnis gurih ini. Mulai Menko Kemaritiman dan Investasi (Marves), Luhut Binsar Pandjaitan; Menteri Pendidikan, Nadiem Makarim; Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga S Uno, Kepala Kantor Staf Presiden (KSP), Moeldoko; Ketua MPR, Bambang Soesatyo; dan Anggota DPR asal Partai Nasdem DPR, Ahmad Ali.

Keterlibatan Menko Luhut dan Menteri Nadiem, dijelaskan Melky, terendus dari TBS Energi Utama Tbk (Toba) dan PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) yang mendirikan perusahaan patungan bernama Electrum. Electrum sendiri sudah menjalin kerja sama dengan Pertamina dan Gogoro Inc, perusahaan energi dan produsen kendaraan listrik asal Taiwan.

Sementara Menteri Sandi, kata Melky, lewat perusahaan utamanya yakni PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG), telah menambahkan kepemilikan sahamnya di PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) sebesar 1,46 persen hingga akhirnya menjadi 18,34 persen.

Selanjutnya, MDKA dan Tsingshan Group Limited asal China mendirikan perusahaan baru bernama PT Merdeka Tsingshan Indonesia (MTI) untuk proyek AIM (Acid, Iron, Metal) yang mengolah sisa bijih mineral dari tambang tembaga wetar diolah menjadi asam sulfat, pelet bijih besi, uap panas, tembaga spons, dan pirit sebagai bahan baku baterai. “Saham MTI dimiliki MDKA sebanyak 80 persen dan Tsingshan sebanyak 20 persen,” ungkap Melky.

Kalau Moeldoko? Masih menurut Melky, sudah memulai berbisnis kendaraan listrik setahun sebelum diangkat menjadi kepala staf kepresidenan pada Januari 2018.  “Di bawah bendera PT Mobil Anak Bangsa (MAB), Moeldoko memproduksi beragam kendaraan berbasis listrik: bus, mini van, hingga sepeda motor,” tuturnya.

Di kalangan politisi ada nama Bambang Soesatyo yang beken disapa Bamsoet. Ketua MPR ini, acapkali mempromosikan motor listrik bermerek BS Electric saat agenda resmi negara, maupun partai. Ternyata, nama BS Electric bukan kepanjangan Bambang Soesatyo Electric, namun Bike Smart Electric.

“Motor yang diproduksi PT Bhakti Satia Elektrik itu sampai masuk ke laman resmi MPR. Pada pertengahan 2021, Bamsoet ditunjuk sebagai Ketua Dewan Pengawas Perkumpulan Industri Kendaraan Listrik Indonesia (Periklindo), sebuah asosiasi yang baru dibentuk dua bulan sebelumnya. Di mana, pendiri dan ketuanya adalah Moeldoko,” terangnya.

Terakhir, anggota DPR asal Partai Nasdem Ahmad Ali, menurut Melky terkait dengan PT Graha Mining Utama, PT Graha Agro Utama, PT Graha Istika Utama, dan PT Tadulako Dirgantara Travel. Ali juga tercatat sebagai Direktur PT Oti Eya Jaya Abadi, perusahaan tambang nikel di Desa Lele, Dampala dan Siumbatu (Sulawesi Tengah). Perusahaan ini diduga sebagai salah satu pemasok ore nikel ke PT IMIP di Bahodopi, Morowali, Sulawesi Tengah.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button