Proyek ‘Pipi Monyet’ Dharma-Kun Diyakini Gagal, Begini Analisis Pengamat


Bakal pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jakarta dari jalur independen, Dharma Pongrekun-Kun Wardana menawarkan sistem ‘Pipi Monyet’ untuk mengatasi banjir.

‘Pipi Monyet’ adalah sistem penampungan yang terdiri dari 21 wadah penampungan air hujan. Penampungan ini dapat menampung air hujan yang berlebih hingga 30 juta kubik.

Lalu pada musim panas, air ini dapat digunakan untuk keperluan konsumsi warga Bangkok, termasuk diantaranya air minum dan air keran.

Pengamat kebijakan publik Trubus Rahadiansyah meyakini Dharma-Kun tidak akan bisa merealisasikan proyek ini. Alasan utamanya adalah status mereka sebagai pasangan independen.

Trubus mengatakan, mereka akan menemui hambatan ketika pengajuan anggaran ke DPRD. Ia meyakini akan terjadi perdebatan yang alot.

“Kan enggak ada partainya, independen terus bagaimana pengajuan anggarannya yang banyak? Paling enggak saya kira baru di tahun ketiga bisa mulai melaksanakan,” ujarnya kepada Inilah.com di Jakarta, dikutip Rabu (18/9/2024).

Kalaupun disetujui DPRD, ia menambahkan, proses eksekusinya juga diprediksi tidak mulus. “Belum lagi kalau terjadi tekanan-tekanan politik parpol-parpol,” ujarnya.

Tantangan lainnya adalah membutuhkan campur tangan pemerintah pusat dalam merealisasikannya, sebab akan bersinggungan dengan kota-kota di sekitar Jakarta.

Asal tahu saja, sistem ‘Pipi Monyet’ ini pernah dilakukan di Bangkok, Thailand. Melansir situs The Water Channel, proyek ini diperkenalkan Raja Bhumibol Adulyadej dari Thailand sebagai metafora untuk mempromosikan sistem retensi air lokal dalam teori baru pertanian. 

Istilah ‘Pipi Monyet’ pernah dijelaskan Gubernur Bangkok, Sukhumban Paribatra, pada pertemuan Asia Europe Meeting tahun 2010 lalu.

“Nama ini terinspirasi dari monyet yang biasanya makan berlebih. Kelebihan makanan ini disimpan di pipinya, sehingga pipinya menggembung. Ketika nanti dia merasa lapar, dia akan memakan makanan di pipinya tersebut,” ujarnya kala itu.

Ia juga menjelaskan, pengembangan sistem ini memakan waktu puluhan tahun, tidak bisa terealisasi dalam lima tahun. Sebab, selain menyediakan wadah penampungan air, Thailand juga membangun tanggul sepanjang 72 kilometer dan saluran air sepanjang 75 kilometer untuk mengalirkan air.