Psikolog Kritik Gus Miftah Olok-olok Pedagang Es Teh: Kalau Candaan Melukai, Itu Bukan Humor


Psikolog klinis dari Universitas Padjajaran, Anggie Harmalia, M.Psi, menyoroti dampak negatif candaan yang melewati batas, termasuk yang melibatkan penghinaan fisik, status sosial, atau intelektual. 

Kasus ini relevan dengan kontroversi yang melibatkan Gus Miftah, utusan khusus Presiden, terkait ucapannya kepada penjual es teh, Sunhaji, yang dinilai tidak pantas oleh masyarakat.

Candaan Berisiko Gangguan Psikologis

Anggie menjelaskan bahwa candaan yang melewati batas dapat berdampak pada kondisi psikologis penerimanya. 

“Candaan semacam ini bisa menurunkan rasa percaya diri, memicu stres, kecemasan, dan bahkan tekanan psikologis lainnya,” ujar Anggie dikutip dari Antara, Kamis (5/12).

Ia menambahkan, candaan seperti ini bisa membuat korban menghindari interaksi sosial, yang pada akhirnya dapat mengganggu relasi interpersonal dan memunculkan trauma mendalam, terutama jika candaan dilontarkan di depan publik.

Ciri Candaan yang Melewati Batas

Menurut Anggie, candaan yang tidak pantas biasanya memiliki karakteristik berikut:

  • Menghina fisik, intelektual, atau status sosial seseorang.
  • Tidak sesuai konteks, terutama jika dilakukan terhadap orang yang tidak akrab dengan pelaku.
  • Menggunakan stereotip seperti gender, ras, agama, atau kondisi sosial tertentu.
  • Mengabaikan reaksi penerima meskipun sudah terlihat tidak nyaman.

“Ketika pelaku terus melanjutkan candaan meskipun penerima sudah menunjukkan ketidaknyamanan, hal itu menunjukkan minimnya empati,” jelasnya.

Relevansi dengan Kasus Gus Miftah

Dalam kasus Gus Miftah, ucapannya kepada Sunhaji, yang mengandung unsur penghinaan, menuai kecaman publik karena dianggap melewati batas etika. Gus Miftah sendiri telah meminta maaf secara langsung kepada Sunhaji dan masyarakat, serta berjanji akan lebih berhati-hati dalam berbicara di depan umum.

Namun, psikolog Anggie menyarankan agar masyarakat tetap mengambil pembelajaran dari insiden ini. 

“Penting untuk memahami batasan dalam bercanda, terutama jika kita adalah figur publik yang ucapannya bisa berdampak luas,” katanya.

Panduan Candaan yang Berempati

Anggie menyarankan agar candaan tetap berempati dan tidak menyakiti perasaan orang lain:

  1. Hindari tema sensitif seperti trauma, ras, agama, atau kekurangan fisik.
  2. Pahami konteks dan situasi, serta sesuaikan dengan hubungan keakraban.
  3. Gunakan pengalaman pribadi atau situasi umum sebagai bahan candaan untuk meminimalkan risiko menyinggung orang lain.
  4. Peka terhadap reaksi penerima candaan, berhenti jika terlihat tidak nyaman.

Jika merasa terganggu, penerima candaan disarankan untuk menegur pelaku secara sopan. Selain itu, fokus pada pengembangan rasa percaya diri dan toleransi terhadap humor bisa membantu mengurangi dampak negatif candaan yang tidak menyenangkan.