Puluhan ribu orang Israel menggelar aksi demonstrasi pada Sabtu (22/3/2025) waktu setempat untuk menuntut diakhirinya perang di Jalur Gaza demi melindungi nyawa sandera Israel, dan menolak pemecatan kepala badan keamanan Shin Bet, Ronen Bar.
Media Israel, termasuk surat kabar Yedioth Ahronoth, Channel 12, dan penyiar publik KAN, melaporkan bahwa para pengunjuk rasa turun ke jalan di seluruh negara untuk menekan pemerintah kepala otoritas Israel Benjamin Netanyahu agar menghentikan operasi militer di Gaza di tengah kekhawatiran terhadap para sandera.
Salah satu demonstrasi terbesar berlangsung di Lapangan Habima di pusat Tel Aviv. Di Yerusalem Barat, para pengunjuk rasa menggelar aksi menentang niat pemerintah untuk memecat Bar dan melanjutkan perang di Gaza, dengan alasan hal itu membahayakan nyawa para sandera.
Para demonstran memblokir jalan dengan kendaraan, termasuk di Lapangan Paris dekat kediaman Netanyahu, menurut KAN. Polisi turun tangan dan melakukan sejumlah penangkapan.
Protes serupa juga dilaporkan di Haifa di utara dan Beersheba di selatan.
Netanyahu mengatakan pada Sabtu bahwa Bar tetap diberhentikan sebagai kepala badan keamanan Shin Bet, meskipun Mahkamah Agung memutuskan untuk menangguhkan pemecatannya.
Pemerintah Netanyahu memutuskan pada Jumat (21/3/2025) untuk mengakhiri masa jabatan Bar yang berlaku efektif pada 10 April, kecuali pengganti permanen ditunjuk sebelum tanggal tersebut.
Namun, Mahkamah Agung kemudian mengeluarkan perintah sementara yang membekukan keputusan tersebut hingga memutuskan untuk banding, dengan sidang akhir dijadwalkan paling lambat 8 April.
Bar telah mengisyaratkan adanya motif politik di balik pemecatannya, menyatakan bahwa keputusan Netanyahu berasal dari penolakannya untuk menunjukkan ‘loyalitas’ kepada Netanyahu.
Lebih dari 700 warga Palestina tewas dan lebih dari 900 terluka dalam serangan udara mendadak oleh Israel di Gaza sejak Selasa, yang menghancurkan gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran tahanan yang berlaku sejak Januari.
Hampir 50.000 warga Palestina telah tewas, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan lebih dari 112 ribu terluka dalam serangan militer brutal Israel di Gaza sejak Oktober 2023.