Market

Punya Cadangan Teknis Rp9,2 Triliun, Asuransi Jasindo Klaim Sehat

Beberapa waktu lalu, OJK mengumumkan 11 perusahaan asuransi masuk pengawasan khusus. Tidak termasuk PT Asuransi Jasa Indonesia atau Asuransi Jasindo yang keuangannya sehat.

Direktur Utama Asuransi Jasindo, Andy Samuel mengatakan, saat ini, Asuransi Jasindo dalam proses melaporkan terkait rasio antara aset dengan utang perusahaan atau rasio risk based capital (RBC), kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

“Saya secara pribadi ingin berterima kasih kepada klien-klien kami yang terus mempercayakan asuransi mereka kepada Jasindo dan saya optimistis Jasindo akan semakin maju ke depannya,” kata Andy, Jakarta, dikutip Selasa (4/4/2023).

Saat ini, RBC Jasindo tembus ke angka 149,57 persen, setelah didiaudit Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanudiredja, Wibisana, Rintis & Rekan, anggota firm of PricewaterhouseCoopers.

Andy melanjutkan, RBC Jasindo tak lepas dari peran banyak pihak seperti, pemegang saham (IFG dan Kementerian BUMN), regulator (OJK), pelanggan Jasindo, serta karyawan dan keluarga besar Jasindo.

Selain RBC sudah di atas ketentuan OJK, cadangan teknis Jasindo, mencapai Rp9,2 triliun. Cadangan teknis ini sebagai komitmen dan kemampuan Asuransi Jasindo dalam memenuhi potensi kewajiban di masa depan. “RBC dan cadangan teknis tersebut memperlihatkan kondisi perusahaan yang sehat dan bersiap tumbuh di tahun ini,” kata Andy.

Direktur Pengembangan Bisnis Asuransi Jasindo, Diwe Novara mengatakan, beberapa langkah yang dilakukan terkait RBC adalah restrukturisasi asuransi kredit, sebagai bagian dari langkah penyehatan keuangan perusahaan, melakukan divestasi dan penyertaan saham, serta revaluasi aset milik Jasindo. IFG sebagai holding yang menaungi Jasindo, telah mendukung rencana penyehatan keuangan Jasindo dengan memberikan pinjaman pemegang saham sebesar Rp250 miliar.

Menyinggung prediksi OJK terkait pertumbuhan industri asuransi pada 2023 berada di kisaran 7 persen-9 persen (yot), dia mengaku optimistis. Jasindo memandang pertumbuhan 7-9 persen merupakan hal yang wajar dikarenakan pertumbuhan industri asuransi di Tanah Air pascapandemi Covid-19 cukup menunjukan hasil yang positif.

“Selain itu penggarapan bisnis berfokus pada risk appetite perusahaan di tahun 2023 yang memiliki target penerimaan premi pada tahun 2023 sebesar Rp3,99 triliun di mana hal ini memberikan kenaikan sebesar 22,76 persen dibandingkan pencapaian premi di tahun 2022 sebesar Rp 3,25 triliun,” katanya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button