Market

Pupuk Subsidi Dibatasi, Inflasi Pangan Bisa Meledak 12 Persen Tahun Depan

Selasa, 29 Nov 2022 – 16:39 WIB

Ekonom CELIOS, Bhima Yudhistira memprediksikan inflasi pangan bisa 12 persen, Jakarta, Selasa (29/11/2022). (Foto: JPNN).

Tahun depan, potensi inflasi pangan bakal meledak lantaran biaya produksi naik. Dampak dari pembatasan pupuk bersubsidi.

Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira mengingatkan akan potensi ledakan inflasi pangan (volatile food) di tahun depan.

“Kalau cadangan beras menurun, biaya produksi pangan naik, impor pangan juga mahal karena pelemahan nilai tukar rupiah, hampir bisa dipastikan inflasi pangan bakal melonjak. Bisa di kisaran 10,5-12 persen secara tahunan (year on year/yoy),” ungkap Bhima kepada Inilah.com, Jakarta, Selasa (29/11/2022).

Apabila kenaikan harga atau inflasi bahan pangan terlalu tinggi, bisa dipastikan masyarakat kelas bawah mengalami kesulitan pangan. Sejauh ini, inflasi pangan di Indonesia beerada di kisaran 3-4 persen. Kalau benar melonjak hingga 12 persen maka 3 atau 4 kali situasi normal.

Mumpung masih ada waktu, Bhima menyarankan pemerintah untuk menghitung kembali rencana pembatasan pupuk bersubsidi. Sumber dana untuk subsidi pupuk, bisa didapatkan dari berbagai cara.

“Pemerintah harusnya bijak, toh pendapatan negara sedang tinggi karena ekspor komoditas pertanian juga,” ungkapnya.

Musabab tingginya inflasi pangan adalah Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 10 tahun 2022 tentang Tata Cara Penetapan Alokasi dan Harga Eceran Tertinggi Pupuk Bersubsidi Sektor Pertanian.

Di mana, Kementerian Pertanian membatasi pupuk bersubsidi, menjadi 2 jenis yakni urea dan NPK. Sebelumnya ada 5 jenis yakni ZA, urea,NPK, SP36 dan pupuk organik petroganik.

Selain itu, jenis tanaman yang berhak atas pupuk bersubsidi dikurangi dari 69 menjadi 9 jenis. Yakni padi, jagung, kedelai, cabai, bawang merah, bawang putih, tebu, kopi dan cokelat. Artinya, tanaman di luar yang 9 itu, tidak berhak atas pupuk bersubsidi.

Terkait pembatasan pupuk ini, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo pernah menyampaikan, alasannya adalah krisis energi akibat perang Rusia-Ukraina. Harga gas yang menjadi bahan baku utama bahan baku pupuk, menjadi sangat mahal.

“Rusia merupakan salah satu produsen minyak dan gas dunia sehingga embargo ekonomi menyebabkan berkurangnya pasokan energi secara global. Ini tentu berpengaruh terhadap kenaikan harga minyak dan gas yang ikut memicu kenaikan harga pupuk,” kata Mentan Syahrul.

Guru Besar Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya Alam, Universitas Lampung, Bustanul Arifin mengatakan bahwa kebijakan pemerintah memangkas komoditas penerima pupuk subsidi, membua ruang terjadinya inflasi tinggi. ‘Penyaluran subsidi langsung perlu dipikirkan. Agar tepat sasaran dan efektif mendorong produktivitas pertanian pangan,” ungkapnya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button