Market

Putin Murka, Rusia Ogah Pasok Minyaknya ke Eropa

Presiden Rusia Vladimir Putin memberikan ancaman kepada negara Eropa yang membatasi arif batas atas bagi minyak dan gas dari negaranya.

Putin mengatakan langkah Eropa soal pembatasan harga minyak Rusia adalah keputusan yang salah. Sebab dengan sikap ini justru akan membuat Rusia akan semakin keras dengan tidak memasok minyaknya ke Eropa.

“Kami tidak akan memasok apa pun jika itu bertentangan dengan kepentingan kami, dalam hal ini (kepentingan) ekonomi .Tidak ada gas, tidak ada minyak, tidak ada batu bara, tidak ada bahan bakar minyak, tidak ada apa-apa,” tegasnya di sela sela Forum Ekonomi Timur yang dikutip AFP pada Kamis (8/9/2022).

Putin mengaku akan tetap patuh pada kewajiban sesuai kontrak dengan negara-negara pembeli minyak dan gasnya. Namun dia berharap tidak ada lagi sikap dari negara lain yang terkait tarif batas atas yang ditentukan G7.

“Mereka yang mencoba memaksakan sesuatu pada kami tidak dalam posisi hari ini untuk mendikte keinginan mereka. Mereka harus sadar,” tegasnya.

Saat ini Eropa tengah menghadapi ancaman krisis energi menjelang musim dingin akibat kurangnya pasokan dari Rusia. Namun Putin menegaskan tidak akan memasok energi apa pun di luar kontrak yang ada.

“Mereka punya beberapa solusi. Baik mensubsidi harga tinggi, yang buruk karena tidak akan mengubah perilaku konsumen… atau mengurangi konsumsi,” tambahnya.

“Dari sudut pandang ekonomi, itu benar. Dari sudut pandang sosial itu berbahaya, dapat menyebabkan ledakan. Lebih baik mematuhi kewajiban kontrak, aturan beradab,” tegasnya.

Sebelumnya, usulan mengenai batas atas harga minyak Rusia telah diusulkan G7. Rabu, Komite Eropa, Uni Eropa (UE) juga mengajukan usulan membatasi harga gas Rusia.

Tujuan dari usulan itu adalah untuk mengurangi pendapatan Moskow yang dugaannya akan digunakan untuk perang di Ukraina. Kondisi terbaru, harga gas alam di Eropa melonjak ke level tertinggi akibat Rusia menghentikan pasokannya.

Dari data terbaru The Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA), Rusia telah meraup US$ 158 miliar (atau Rp2.354,2 triliun) untuk pendapatan ekspor energi sejak serangannya berlangsung. CREA memperkirakan bahwa UE adalah importir utama eksportir bahan bakar fosil ke Rusia dengan nilai 85,1 miliar euro, disusul China 34,9 miliar euro dan Turki 10,7 miliar euro.

“Melonjaknya harga bahan bakar fosil berarti bahwa pendapatan Rusia saat ini jauh di atas tingkat tahun-tahun sebelumnya, meskipun ada pengurangan volume ekspor tahun ini,” kata organisasi yang berbasis di Finlandia itu, dikutip AFP.

“Ekspor bahan bakar fosil telah menyumbang sekitar 43 miliar euro untuk anggaran federal Rusia sejak awal invasi, membantu mendanai kejahatan perang di Ukraina,” tambah CREA.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button