Sejak awal, Presiden Prabowo sudah menetapkan target pertumbuhan ekonomi nasional bisa melaju 8 persen. Mewujudkannya memang bukan perkara mudah, tapi bukan berarti tak mungkin.
Sekelas ekonom senior Raden Pardede pun mengakui, mengejar pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen termasuk ambisius. Namun Indonesia pernah mengalaminya pada 1996-1997, ekonomi menjulang hingga 8,23 persen.
“Saya harus akui memang ambisius. Tapi bukan berarti mustahil. Kita harus punya ambisi supaya semuanya terpacu untuk bekerja keras,” kata Staf Khusus Menko Perekonomian itu dalam Sarasehan 100 Ekonom Indonesia yang diinisiasi INDEF, di Menara Bank Mega, Jakarta, Selasa (3/12/2024).
Untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi tinggi, kata alumni Teknik Kimia ITB itu, seluruh mesin pertumbuhan ekonomi harus bisa bergerak optimal. Khususnya investasi harus didorong tinggi. Realisasinya harus melesat dari tahun ke tahun.
Khususnya sektor investasi yang berkualitas yang menyerap pekerja dalam jumlah signifikan. “Jadi effort kita menaikkan kualitas investasi menjadi penting, terutama ke sektor produktif dan dampaknya ke pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja,” terangnya.
Selain itu, kata dia, pemerintah perlu terus mendorong program industrialisasi dan hilirisasi. Kedua hal itu, merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dan akan didorong melalui program Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
Saat ini, pemerintah telah membangun 22 KEK mulai Aceh hingga Papua. Realisasi investasi KEK ini, mencapai Rp 242, 5 triliun dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 151.200 orang yang melibatkan 394 pelaku usaha.
Pengembangan KEK terus didorong untuk menarik investasi dan meningkatkan ekspor, terutama investasi dari lawatan baru baru ini yang dilakukan Prabowo ke sejumlah negara.
“KEK akan didorong sebagai katalis pertumbuhan ekonomi nasional seperti KEK Gresik untuk hilirirasi tembaga dan program lainnya di sana, juga kawasan KEK Kendal untuk baterai kendaraan listrik serta KEK Sanur untuk health tourism yang sedang dibangun,” terangnya.
Lebih jauh, Pemerintah tambahnya juga akan membangun kerja sama internasional dan menjadi strategi penting di tengah dinamika geopolitik dan geoekonomi.
“Indonesia menunjukkan komitmennya dengan berpartisipasi dalam G20, APEC, ASEAN, OECD, dan lain-lain. Ini menunjukkan partisipasi kita dalam kebijakan luar negeri yang bebas aktif,” terangnya.