Di dunia bulu tangkis, nama Hendra Setiawan telah menjadi sinonim dengan kehebatan, disiplin, dan ketenangan di atas lapangan. Namun, setelah tiga dekade lebih bergelimang prestasi, legenda ini memutuskan untuk menggantung raketnya.
Indonesia Masters 2025 akan menjadi panggung terakhir bagi Hendra, menandai berakhirnya perjalanan seorang juara yang tak tergantikan.
Akhir yang Direncanakan, Tetapi Berat Dijalani
Keputusan untuk pensiun bukanlah langkah mudah bagi Hendra. Sebagai salah satu atlet bulu tangkis paling dihormati di dunia, ia masih memiliki mimpi untuk mencetak prestasi baru bersama Mohammad Ahsan, pasangan setianya dalam satu dekade terakhir.
Namun, kekalahan di babak awal China Masters 2024 menjadi titik balik yang mempertegas niatnya. “
Hasil tahun ini kurang bagus. Umur juga sudah segini. Jadi, ya sudah cukup buat saya,” ujar Hendra, mencerminkan kejujuran seorang atlet yang tahu kapan harus berhenti.
Meski begitu, Hendra tak menampik bahwa api semangat untuk terus bermain masih ada. “Kalau semangat sih, pasti ingin terus. Tapi, saya juga rindu keluarga, dan rasanya ini waktu yang tepat,” tambahnya.
Transformasi: Dari Juara ke Mentor
Pensiun bagi seorang Hendra Setiawan bukan berarti akhir dari perannya dalam bulu tangkis. Seperti pepatah,
“Manusia mati meninggalkan nama,” warisan Hendra di dunia olahraga ini terlalu besar untuk diabaikan.
Sebagai figur senior di Pelatnas PBSI Cipayung, Hendra dikenal sebagai mentor bagi para atlet muda. Kepiawaiannya dalam membimbing junior membuat banyak pihak mendorongnya untuk menjadi pelatih.
“Koh Hendra itu teladan, baik di lapangan maupun di luar lapangan,” kata Fajar Alfian, juara All England 2024, yang melihat Hendra sebagai sosok inspiratif.
PBSI pun membuka peluang bagi Hendra untuk menjadi pelatih, menggantikan Aryono Miranat di sektor ganda putra. “Kalau jadi pelatih tuh cocok ya dia. Udah sering duduk di kursi pelatih juga, kok,” ujar Yuni Kartika, dari Sub Bidang Hubungan Media dan Dokumentasi PBSI.
Namun, Hendra memilih untuk mengambil waktu.
“Saya akan pikirkan. Tapi, untuk saat ini, saya ingin menikmati waktu bersama keluarga,” katanya dengan senyum tenang.
Sejarah yang Tak Terlupakan
Hendra Setiawan bukan hanya sekadar pemain bulu tangkis; ia adalah legenda dengan koleksi gelar yang nyaris sempurna. Ia empat kali meraih gelar juara dunia, masing-masing bersama Markis Kido pada 2007 dan Mohammad Ahsan pada 2013, 2015, dan 2019.
Tidak hanya itu, ia juga membawa pulang emas Olimpiade 2008 di Beijing, dua gelar All England, dan menjadi bagian dari tim Indonesia yang merebut Piala Thomas 2020. Dengan sederet prestasi ini, nama Hendra akan selalu dikenang sebagai salah satu pemain ganda putra terbaik sepanjang masa.
Babak Baru, Harapan Baru
Keputusan Hendra untuk pensiun adalah akhir dari satu bab, tetapi juga awal dari bab baru yang penuh peluang. Apakah ia akan menjadi pelatih atau memilih jalur lain, Hendra tetap menjadi inspirasi bagi generasi muda bulu tangkis Indonesia.
Seperti dedikasinya di lapangan, Hendra Setiawan terus mengajarkan bahwa menjadi juara bukan hanya soal kemenangan, tetapi juga soal bagaimana meninggalkan jejak yang abadi. Kini, Hendra menggantung raketnya, tetapi semangatnya terus hidup, merajut masa depan bulu tangkis Indonesia.