Namun, malam itu ternyata jamu pahit yang mesti Kuramagomedov telan untuk kebaikan ke depan. Kontrak UFC, yang secara kebiasaan dianggap sebagai hak juara, itu tak pernah datang. Ganjil, bahkan terasa diskriminatif, memang. Dana White, sang presiden yang perkataannya laik sabda di dunia UFC, tak mengontraknya untuk berlaga di ia punya liga. Dunia MMA sempat mengalami lindu, meski tak lama. Mengapa petarung dengan rekor sempurna dan punya kemampuan luar biasa itu—dan jangan lupa, ia juara!—diabaikan UFC?
Sesegera wasit mengangkat tangannya tanda meraih kemenangan atas Jordan Williams dalam Dana White’s Contender Series (DWCS) itu, raut wajah Ramazan Kuramagomedov sontak semringah. Yang berputar laiknya reel film di benak pemuda Dagestan tersebut bukan perjuangan panjangnya sejak Makhachkala hingga malam 23 Juli 2019 itu ia berdiri bangga di arena UFC Apex, Las Vegas, melainkan obsesi untuk mengangkat nama Dagestan ke depan, laiknya Khabib Nurmagomedov.
Namun, malam itu ternyata jamu pahit yang mesti Kuramagomedov telan untuk kebaikan ke depan. Kontrak UFC, yang secara kebiasaan dianggap sebagai hak juara. itu tak pernah datang. Ganjil, bahkan terasa diskriminatif, memang. Dana White, sang presiden yang perkataannya laik sabda di dunia UFC, tak mengontraknya untuk berlaga di ia punya liga. Dunia MMA sempat mengalami lindu, meski tak lama. Mengapa petarung dengan rekor sempurna dan punya kemampuan luar biasa itu—dan jangan lupa, ia juara!—diabaikan UFC?
Meski sempat bingung, darah Dagestan yang mengaliri sel-sel tubuh Ramazan membuat anak muda itu menerima dengan lapang dada. “Mungkin mereka ingin sesuatu yang lebih dramatis. Saya bukan tipe yang suka bicara besar atau membuat pertunjukan di luar arena. Tapi saya tahu, kemampuan saya berbicara sendiri,” ujar Ramazan dalam sebuah wawancara. Putusan yang tepat, yang terbukti akan menjadi titik balik dalam kariernya. Tak seorang pun boleh mencencang mimpi, itu hak yang sangat pribadi. Ada tekad yang diam-diam bertunas di dada Ramazan, menjalar ke hati untuk menjadi sekeras batu: akan kubuktikan bahwa diriku layak berdiri di puncak!
Darah Dagestan, Darah Juara
Lahir di Makhachkala, Dagestan, 23 Agustus 1996, Ramazan tumbuh di lingkungan yang keras namun penuh tradisi bela diri. Dagestan dikenal sebagai tanah para juara, terutama dalam cabang olahraga gulat gaya bebas. Ramazan, seperti kebanyakan anak muda di sana, memulai perjalanannya di dunia olahraga melalui gulat. Berlatih sejak kecil, ia mengasah ketahanan fisik dan mental yang menjadi ciri khas petarung tanah pegunungan itu. Namun, inspirasi dari Khabib Nurmagomedov dan petarung Dagestan lainnya yang sukses di UFC membuatnya beralih ke dunia MMA pada usia 15 tahun.
Awalnya, perjalanan Ramazan penuh liku. Ia memulai debut profesionalnya pada 2014, tetapi memutuskan hiatus selama tiga tahun untuk fokus pada kompetisi amatir. Selama periode ini, ia mengukir prestasi dengan memenangkan berbagai turnamen, termasuk Piala MMA Rusia sebanyak dua kali. Gelar “Master of Sport” di bidang MMA yang diterimanya pada 2016 menjadi bukti dedikasi dan bakatnya.
Keputusan untuk pindah ke Amerika Serikat pada tahun yang sama membuka babak baru dalam kariernya. Ia berlatih di Ricardo Almeida Brazilian Jiu Jitsu di New Jersey, bekerja sama dengan petarung senegaranya, antara lain, Zabit Magomedsharipov. Salah satu momen unik terjadi ketika ia dan Zabit memenangkan medali emas dalam kompetisi grappling lokal, karena tidak ada pertarungan MMA yang tersedia saat itu.
Meskipun kemenangan di DWCS tidak membawanya ke UFC, Ramazan tidak menyerah. Ia terus berkompetisi di berbagai promosi internasional, termasuk Professional Fighters League (PFL) dan UAE Warriors. Pada 2023, ia akhirnya menemukan tempat di Bellator MMA, tempatnya membuktikan diri sebagai salah satu petarung terbaik di dunia. Dalam debutnya, Ramazan mencetak kemenangan KO atas Jaleel Willis dengan kombinasi lutut dan pukulan yang memukau. Kemenangan itu diikuti dengan kemenangan lainnya melalui rear-naked choke atas Randall Wallace, memperlihatkan keahliannya yang tak sukar tertandingi.
Namun, puncak kariernya tiba pada 22 Juni 2024, ketika ia menghadapi Jason Jackson dalam laga perebutan gelar juara kelas Welter Bellator. Dalam pertarungan lima ronde yang penuh strategi, Ramazan berhasil mendominasi tiga ronde pertama dan menahan serangan balik Jackson di ronde akhir. Kemenangan itu tidak hanya memberinya sabuk juara, tetapi juga mengokohkan namanya sebagai salah satu petarung paling dominan di generasinya. “Setiap malam sebelum tidur, saya berpikir tentang sabuk ini. Dan kini, setiap pagi saya bangun, saya tahu saya harus mempertahankannya,”ujarnya penuh emosi, usai pertarungan.
Bagi Ramazan, perjalanannya di MMA bukan hanya tentang dirinya, tetapi juga soal membawa kebanggaan bagi komunitas Dagestan. Meskipun tidak berlatih di AKA seperti Khabib, Ramazan tetap menjalin hubungan kuat dengan komunitas petarung Dagestan. Latihan di American Top Team (ATT) di Florida memberinya akses ke sparring partner kelas dunia, termasuk Johnny Eblen dan Magomed Magomedkerimov. Kombinasi latihan di pegunungan Dagestan yang keras dan fasilitas modern ATT menciptakan gaya bertarung yang tangguh dan serba bisa.
Keputusan UFC untuk tidak mengontraknya hingga kini masih menjadi misteri. Beberapa menganggap itu sebagai bias industri yang lebih mengutamakan petarung dengan daya tarik komersial. Namun, Ramazan membuktikan bahwa talenta sejati akan selalu menemukan jalan untuk bersinar. Bellator memberikan panggung bagi Ramazan untuk menunjukkan siapa dirinya, dan ia memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya.
Kisah Ramazan Kuramagomedov adalah bukti bahwa kegagalan bukan akhir dari segalanya. Dengan dedikasi, kerja keras, dan keyakinan, ia mengatasi rintangan dan meraih puncak kariernya. Dari pantai Makhachkala hingga arena dunia, ia menginspirasi banyak orang untuk tidak menyerah pada mimpi, apa pun tantangan yang harus dihadapi. Kini, sebagai juara Bellator, Ramazan berdiri sebagai simbol keteguhan hati, membuktikan bahwa kesuksesan sejati tidak hanya diukur oleh siapa yang mengenal Anda, tetapi oleh seberapa keras Anda berjuang untuk mencapainya. [ ]