Rektor Universitas Padjadjaran Yakin Indonesia Tak Terpengaruh Tarif Baru Impor Baja dan Aluminium AS


Rektor Universitas Padjadjaran Arief Sjamsulaksan Kartasasmita menilai perubahan tarif impor baja dan aluminium baru yang ditetapkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tidak memengaruhi industri dalam negeri. Sebab, pemerintah kini tengah gencar memperkuat industri dalam negeri. 

“Saya pikir tadi disampaikan prinsipnya adalah Indonesia justru akan memperkuat industri dalam negeri. Jadi baja dan aluminium itu akan digunakan untuk industri dalam negeri,” kata Arief kepada wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Gambir, Jakarta Pusat, Kamis (13/3/2025) malam. 

Bukan tanpa alasan, Arief menilai pemerintah telah menyediakan dana simpanan serta lembaga untuk mengelola dana tersebut, yaitu Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) Indonesia. Karena itu, dengan adanya bahan baku dalam negeri diharapkan tidak terpengaruh dengan kebijakan baru Trump.  

“Jadi dalam waktu dekat dan jangka panjang, saya pikir tidak akan banyak pengaruh terhadap peningkatan nilai baja dan aluminium,” ucapnya. 

Lebih lanjut Arief menekankan pemerintah perlu memperkuat industri dalam negeri. Sebab, langkah ini dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan lainnya. 

“Nah ini yang selama ini belum tergarap dengan baik. Dan ada Danantara ini menjadi salah satu upaya untuk disampaikan modal dalam negeri sehingga bahan baku tersebut dapat terserap oleh industri dalam negeri sendiri, tidak perlu diekspor,” tuturnya. 

Di sisi lain, Arief mengungkap pesan Presiden RI Prabowo Subianto untuk memaksimalkan pasar dalam negeri. Ia pun berharap langkah ini bisa meningkatkan nilai tambah produk dalam negeri. 

“Indonesia punya pasar besar, jadi kalaupun kita ekspor khusus dalam bentuk bahan yang memiliki nilai tambah berlipat-lipat,” tuturnya. 

Trump mulai Rabu (12/3/2025) waktu setempat akhirnya menaikkan tarif impor baja dan alumunium yang dikirim ke Negeri Abang Sam. 

Dikutip dari Reuters, aturan Trump ini untuk menata ulang norma-norma perdagangan global yang diharapkan bisa membawa keuntungan pada AS. 

Trump lewat kebijakan tarif impor baru pada produk baja dan alumunium, berharap bisa melindungi konsumen Amerika Serikat dengan cara mengembalikan pada tarif impor global sebesar 25 persen. Lewat kebijakan ini, maka seluruh impor produk  alumunium dan baja mulai dari mur, baut sampai mesin berat dan kaleng soda bakal dikenai bea masuk yang baru.

Tindakan Trump tersebut dengan cepat memicu langkah balasan dari negara-negara di Eropa. Komisi Eropa mengatakan akan segera membalasnya dengan memberlakukan tarif baru senilai 26 miliar euro (Rp445 triliun) untuk impor barang-barang dari AS terhitung mulai bulan depan.

Sekutu dekat Amerika Serikat yakni Kanada, Inggris dan Australia mengkritisi pemberlakuan tarif impor baru. Kanada sedang mempertimbangkan untuk membalas langkah Trump ini.

Sedangkan Menteri Perdagangan Inggris Jonathan Reynolds mengatakan seluruh opsi siap dipertimbangkan untuk merespon kepentingan nasional.

Adapun Perdana Menteri Australia Antony Albanese mengatakan langkah Trump dengan memberlakukan tarif impor baru sangat tidak bisa dibenarkan dan bertolak belakang dengan semangat persahabatan kedua negara.    

“Tarif dan naiknya tensi perdagangan adalah sebuah bentuk melukai perekonomian dalam negeri sendiri. Hal ini bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan inflasi. Ini semua ditanggung oleh konsumen,” kata Albanese