Rencana Trump Pajaki 60 Persen Produk Impor China bakal Memicu Inflasi


Peterson Institute for International Economics meramalkan pengeluaran rumah tangga Amerika Serikat (AS) akan alami kenaikan hingga 1.700 dolar AS atau Rp27,7 juta (kurs Rp16.300/dolar) jika Donald Trump kembali menjabat.

Proyeksi ini didasari dari rencana kandidat presiden itu yang ingin mengenakan tarif sebesar 10 persen untuk semua impor dan tarif sebesar 60 persen khusus untuk produk impor dari China.

“Pembeli akan menghabiskan lebih banyak uang untuk barang yang sama, yang pada dasarnya adalah inflasi,” bunyi pemberitaan Yahoo Finance, dikutip Sabtu (27/7/2024).

Jika nantinya Trump memanangkan kontestasi dan kembali menjabat, maka The Fed memiliki pekerjaan yang cukup berat karena berusaha menjaga inflasi dan lapangan kerja.

Sebab, Trump punya sejarah menekan suku bunga The Fed saat menjabat di periode pertama. Bukan mustahil, perilaku serupa juga dilakukan saat periode kedua. Hal ini dapat dengan mudah memicu inflasi dan merusak kepercayaan pada ekonomi AS.

Proyeksi ini juga turut menyoroti, keinginan Trump memperpanjang serangkaian program pemotongan pajak. Program ini telah berjalan dari tahun 2017 dan akan berakhir pada akhir tahun 2025. Langkah perpanjangan ini berpotensi meningkatkan utang nasional sebesar  4 triliun dolar AS sampai  5 triliun dolar AS.

“Pada titik tertentu, utang yang berlebihan akan membanjiri pasar dengan ‘pencetakan uang’ (kelebihan pasokan mata uang). Itulah faktor lain yang dapat memicu inflasi,” lanjut isi pemberitaan tersebut.

Ramalan serupa juga disampaikan Goldman Sachs. Publik AS disarankan agar berinvestasi membeli emas, lantaran adanya potensi inflasi dan guncangan geopolitik pada periode kedua kepemimpinan Trump.