Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) RI mengungkapkan tantangan dalam meningkatkan partisipasi politik bagi anak-anak dan remaja.
Hal tersebut disampaikan Asisten Deputi Pemenuhan Hak Sipil, Informasi dan Partisipasi Anak Kemen PPPA RI Endah Sri Rezeki saat mengikuti diskusi tentang Peran, Partisipasi dan Hak Anak Sebagai Pemilih Pemula di Kantor Kemen PPPA RI, Jakarta Pusat, Kamis (21/12/2023).
“Dari data yang kami ambil, masih sangat minim pemahaman politik pada masyarakat, termasuk anak-anak dan remaja,” ungkapnya dalam diskusi tersebut.
Ia juga menyinggung soal teknologi informasi yang saat ini sangat luar biasa cepat, berdampak pada maraknya disinformasi dan hoaks. Catatannya, Dari Januari sampai Agustus 2023, ada 1561 hoax yang beredar di media sosial.
Dikatakannya, dalam mematangkan politik sebuah bangsa butuh proses yang sangat panjang dan harus dimulai sejak dini, menyesuaikan dengan kecerdasan anak. “Kita perlu memberikan, pengetahuan ilmu kepada anak-anak, tentang apa sebenarnya politik itu,” ujar Endah.
Endah menilai sebenarnya anak-anak tidak buta terhadap politik, karena mereak juga telah mempelajari apa itu demokrasi, politik dan juga mereka telah melaksanakannya. “Di sekolah contohnya, ada pemilihan ketua OSIS, ketua kelas, dari situ mereka sudah mulai belajar bahwa mereka memiliki hak untuk memilih,” tuturnya.
Tapi ia mengungkapkan, pada pemilu terakhir, partisipasi pemilih pemula masih berada dibawah rata-rata. Dikatakannya, dari hasil riset KPU, masyarakat termasuk anak muda, cenderung pesimis terhadap demokratisasi Indonesia ke depan.
“Dan anak muda sebagain besar juga menganggap sebagian besar partai politik atau politisi tidak terlalu baik dalam mewakili aspirasi masyarakat,” ujar Endah.
Endah menjabarkan, dari 204,8 juta pemilih terdapat 25 juta pemilih pemula yang baru pertama kali mendapatkan hak memilihnya pada Pemilu 2024 mendatang.
“Tentunya, ini menjadi PR (pekerjaan rumah) untuk kita semua, untuk bagaimana meningkatkan pengetahuan politik pemilih pemula,” tuturnya.
Endah juga mengatakan, pemilih pemula perlu dibantu untuk menjadi pemilih yang cerdas. Selain itu, ia berharap anak-anak tidak menjadi apatis berkontribusi dalam kehidupan berkewarganegaraan.
“Bukan dengan kita mempengaruhi mereka untuk memilih, tetapi bagaimana mereka menjadi pemilih yang cerdas, bisa memilih sesuai dengan hati nurani dan aspirasinya,” imbuhnya.
Leave a Reply
Lihat Komentar