Market

Resesi Tahun Depan, Indef Optimis Ekonomi Indonesia Tangguh

Mungkin banyak yang lupa, pada 2020 sejatinya sudah terjadi resesi dunia karena pandemi COVID-19. Termasuk Indonesia mengalaminya. Sehingga ada pengalaman yang berguna untuk menangkal terulangnya resesi 2023.

Kata Deputy Director Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Eko Listiyanto, karena sudah pengalaman melalui masa-masa sulit bernama resesi ekonomi, Indonesia tentunya sudah punya gambaran bagaimana menghadapi sulitnya perekonomian di tahun depan.

“Jadi, penyikapan masyarakat terhadap resesi atau kelesuan ekonomi global yang diramalkan bakal terjadai pada 2023, sebenarnya sudah ada gambaran,” jelas Eko kepada Inilah.com, Jakarta, Rabu (26/10/2022).

Eko menyebutkan, keterbukaan ekonomi saat ini, memberikan ruang bagi Indonesia untuk terus berkembang. Di mana, Indonesia perlu terus mendorong ekspor dan impor dengan negara maju yang saat ini terbilang masih rendah.

“Ekonomi memang akan melambat, namun untuk konteks Indonesia karena keterbukaan ekonominya (perdagangan) dengan negara maju, (potensi resesi) relatif rendah. Jadi, dampaknya masih dapat diantisipasi masyarakat,” jelasnya.

Dirinya menyebut sejumlah cara yang bisa dilakukan negara dalam mengantisipasi potensi resesi. Tak beda jauh saat pemerintah Indonesia menghadapi pandemi COVID-19.

“Pembelian barang dan jasa non esensial perlu dikurangi. Uangnya ditabung. Untuk jaga-jaga jika resesi global berkepanjangan,” sambungnya.

Eko menilai, pemerintah Indonesia juga perlu berperan aktif dalam meredakan tensi geopolitik. Serta menyiapkan program-program bantuan sosial (bansos) untuk menjaga daya beli kelompok bawah.

“Negara perlu pro aktif meredakan tensi geopolitik dengan inisiasi diplomasi-diplomasi, serta menyiapkan bansos untuk masyarakat bawah. Di luar itu juga perlu meninjau ulang proyek infrastruktur yang dapat ditunda,” tuturnya.

Dirinya juga mengingatkan bahwa tren suku bunga tinggi di sejumlah negara untuk meredam inflasi, harus bisa diantisipasi. “Dampaknya bagi Indonesia, rupiah berpotensi semakin tertekan. Akibatnya, investor harus menunda ekspansi bisnisnya,” pungkas Eko.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button