Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Nailul Huda menyoroti potensi pelemahan rupiah yang semakin parah, usai Presiden AS, Donald Trump menerapkan kenaikan tarif bea masuk baru.
Menurutnya, kebijakan baru yang ditelorkan pemeritahan Trump, berdampak kepada melonjaknya harga barang. Karena, nilai tukar dolar AS semakin perkasa dan menekan rupiah.
“Dampak lainnya adalah rupiah melemah karena permintaan dolar meningkat karena harga barang lebih mahal,” kata Nailul saat dihubungi Inilah.com, Jakarta, Minggu (6/4/2025).
Nailul menjelaskan, pelemahan ini akan memberikan dua dampak. Pertama, harga barang, khususnya produk impor, semakin mahal yang memicu inflasi di AS. Karena itu tadi, Harga barang impor dari luar negeri ke AS, sudah tinggi. Sehingga memicu terjadinya imported inflantion.
“Karena inflasi terjadi dari sisi biaya, maka daya beli masyarakat bisa menurun. Barang-barang dari bahan baku impor, seperti kedelai, akan lebih mahal, termasuk tempe dan tahu,” ujarnya.
Kedua, harga barang produk dalam negeri akan semakin kompetitif dengan produk impor dari sisi harga. Hal ini dikarenakan pelemahan rupiah membuat produksi dalam negeri semakin murah. Namun demikian, persaingan dagang yang tak sehat dari kebijakan Trump ini, sulit dihindari.
“Masalahnya adalah Indonesia tidak mempunyai kekuatan selain nilai tukar. Industri Indonesia tidak sebagus Vietnam ataupun China,” ucapnya.
Diketahui, Presiden Trump pada Rabu (2/4/2025) mengumumkan kenaikan tarif perdagangan ke negara-negara yang selama ini menikmati surplus neraca perdagangan dengan AS.
Dari data Gedung Putih, Indonesia berada di urutan ke delapan di daftar negara-negara yang terkena kenaikan tarif AS, dengan besaran 32 persen.
Sekitar 60 negara bakal dikenai tarif timbal balik separuh dari tarif yang mereka berlakukan terhadap AS. Indonesia bukan satu-satunya negara di kawasan Asia Tenggara, yang menjadi sasaran kebijakan dagang AS itu.
Ada pula Malaysia, Kamboja, Vietnam serta Thailand dengan masing-masing kenaikan tarif 24 persen, 49 persen, 46 persen dan 36 persen.
Tarif universal era Trump dikabarkan akan mulai berlaku pada Sabtu (5/4/2025), sementara tarif timbal balik, yang menargetkan sekitar 60 mitra dagang AS, akan diberlakukan mulai Rabu (9/3/2025).
Dijelaskan, uang yang dihasilkan dari tarif baru itu akan digunakan untuk mengurangi pajak warga AS dan membayar utang AS.
Dikutip dari situs resmi Gedung Putih, Kamis (3/4/2025), Trump mempersoalkan kebijakan TKDN Indonesia di berbagai sektor, perizinan impor yang sulit hingga kebijakan Presiden Prabowo Subianto yang mengharuskan perusahaan sumber daya alam menyimpan pendapatan ekspor di rekening dalam negeri.
“Indonesia menerapkan persyaratan konten lokal di berbagai sektor, rezim perizinan impor yang kompleks, dan mulai tahun ini akan mengharuskan perusahaan sumber daya alam untuk memindahkan semua pendapatan ekspor ke dalam negeri untuk transaksi senilai 250.000 dolar AS, atau lebih,” ujar Trump.