Rupiah Bakal Terus Melemah Rp16.300/US$, Begini Saran INDEF


Head Center of Macroeconomics and Finance Indef, M Rizal Taufikurahman menyarankan pemeritah dan Bank Indoneia (BI) melakukan langkah strategis untuk penuatan nilai tukar rupiah.

“Ke depan, terdapat beberapa langkah strategis yang perlu diperkuat untuk memperkuat nilai tukar rupiah,” kata Rizal di Jakarta, Selasa (4/2/2025).

Ia mengingatkan, pemerintah turut berperan dalam menjaga stabilitas rupiah dengan mengendalikan defisit transaksi berjalan, mendorong ekspor, dan mengurangi ketergantungan pada impor.

Menurutnya, diversifikasi ekspor menjadi kunci untuk mengurangi ketergantungan pada pasar tradisional, sementara pengendalian impor barang konsumsi yang tidak esensial dapat membantu menekan defisit transaksi berjalan.

Selain itu, peningkatan investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI) juga perlu didorong dengan menciptakan iklim investasi yang kondusif, disertai upaya menjaga stabilitas politik dan kepastian hukum untuk meningkatkan kepercayaan investor.

“Dengan implementasi kebijakan yang tepat dan koordinasi yang solid antara Bank Indonesia (BI) dan pemerintah, diharapkan volatilitas rupiah dapat dikendalikan, dan peluang penguatan nilai tukar tetap terbuka pada tahun 2025 ini,” kata Rizal.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menunjukkan tren pelemahan yang signifikan, berada di kisaran Rp16.300 per dolar AS pada awal Februari 2025. Tekanan itu sejalan dengan penguatan indeks dolar AS (DXY) yang bergerak di level 108 hingga mendekati 110. Sedangkan pada Selasa (4/2/2025), nilai tukar rupiah masih bergerak di kisaran Rp16.300/US$.

Rupiah berada di level Rp16.351 per dolar AS pada penutupan perdagangan Selasa, menguat hingga 97 poin atau 0,59 persen dari sebelumnya Rp16.448 per dolar AS.

Sementara berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) BI pada Selasa, rupiah berada di level Rp16.365 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.453 per dolar AS.

Rizal mengatakan bahwa proyeksi ke depan menunjukkan ketidakpastian yang cukup tinggi. Di mana, rupiah akan tetap tertekan di atas Rp16.300 sepanjang 2025.

“Faktor global yang memengaruhi kinerja rupiah, antara lain kebijakan moneter ketat di AS, penguatan dolar AS, ketidakpastian ekonomi global, serta dinamika geopolitik yang mendorong investor beralih ke aset-aset safe haven,” imbuhnya.

Dalam menghadapi tekanan itu, Rizal memandang bahwa BI telah menerapkan sejumlah langkah strategis untuk menjaga stabilitas nilai tukar.

Namun, ujar dia pula, BI seharusnya melakukan intervensi ganda di pasar valuta asing (valas) dan pasar Surat Berharga Negara (SBN) guna meredam volatilitas. Selain itu, juga memastikan ketersediaan likuiditas valuta asing melalui fasilitas swap dengan harga yang kompetitif.