Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menganggap nilai tukar (kurs) rupiah cenderung melemah akibat sentimen risk-off dari ancaman pengenaan tarif 25 persen kepada mobil yang tidak dibuat di Amerika Serikat (AS).
“Rupiah sempat dibuka melemah akibat dari sentimen risk-off yang berasal dari ancaman pengenaan tarif 25 persen kepada mobil yang tidak dibuat di AS,” ungkap Josua seperti dikutip dari Antara di Jakarta, Jumat (28/3/2025).
Presiden AS Donald Trump sebelumnya telah menandatangani perintah eksekutif yang memberlakukan tarif sebesar 25 persen atas impor mobil dan truk ringan buatan luar negeri, melanjutkan kebijakan tarif impor global yang telah ia dorong.
Seperti yang sering ia lakukan dalam pengumuman serupa, Trump menyebut inisiatif terbarunya sebagai upaya untuk membawa kekayaan ke AS, dengan mengatakan negara-negara asing “benar-benar telah menipu kita pada tingkat yang belum pernah terlihat sebelumnya. Tapi itu tidak akan terjadi lagi.”
Tarif mobil akan mulai berlaku pada 2 April, ketika Trump menerapkan tarif timbal balik pada negara-negara di seluruh dunia sebagai upaya untuk memaksa mereka menghapus bea impor mereka atau menghadapi sanksi yang sama atas ekspor mereka.
Pemungutan tarif akan dimulai pada hari berikutnya. Tarif 25 persen tersebut akan ditambahkan di atas tarif yang sudah dikenakan pada impor mobil.
Kendati demikian, belum jelas bagaimana tarif tersebut akan diterapkan, mengingat banyak mobil yang dirakit di AS menggunakan suku cadang impor, tetapi Trump berjanji akan melakukan pengawasan yang sangat ketat terhadap perintah tersebut.
Di samping itu, kurs rupiah cenderung melemah akibat kekhawatiran terkait dengan pelebaran transaksi berjalan Indonesia.
“Rupiah melemah 0,36 persen wtw (week to week) sepanjang pekan ini,” kata Josua.
Nilai tukar rupiah hingga berita ini diturunkan sudah melemah sebesar 14 poin atau 0,08 persen menjadi Rp16.676/US$ dari sebelumnya Rp16.562/US$.