Kanal

Saat Panglima Makan di Warung Kopi Kecil di Desa (Bagian I)

Sungguh rejeki itu bukan hanya harta, tapi persahabatan yang tidak memandang golongan dan jabatan itu juga anugerah yang luar biasa dari Allah SWT.

Saya hanya rakyat biasa yang diberikan anugerah oleh Sang Maha Kuasa untuk bisa bersahabat dengan seorang Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa.

Makanya begitu penasaran semua jajaran pejabat TNI dan anggotanya dari mulai Koramil, Kodim, Korem sampai Kodam Jawa Timur. Demikian juga di jajaran kepolisian dan juga di jajaran matra Angkatan Udara (AU), saat kunjungan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa ke Lanud Iswahyudi, di Maospati, Madiun, Beliau minta makan siang di warung kopi saya yakni ‘Warung Kopi Sejahtera Hati‘.

Semua bertanya “Siapa Ibu Nanik?” Kok Panglima mau makan di warungnya yang kecil dan sangat tidak layak untuk seorang Panglima. Tak heran kalau dua hari sebelum Beliau datang ke ‘Warung Kopi Sejahtera Hati‘, aparat dari berbagai kesatuan mendatangi warung saya untuk mengecek kondisi dan situasi. Tak pelak tentu para intel pun seliweran untuk melihat apa istimewanya ‘Warung Kopi Sejahtera Hati’.

Lalu mengapa Panglima Jenderal Andika mau makan di warung saya? Apakah untuk pencitraan biar terlihat merakyat? Apakah akan Nyapres? TIDAK! Ini semua karena PERSAHABATAN. Saya tidak ingat kapan saya mulai bersahabat dengan beliau, yang jelas sudah lama kami bersahabat dan kerap berdiskusi.

Panglima Warung Kopi

Di mata saya, Pak Andika jauh dari kesan jaim dan sombong meski menyandang pangkat Jenderal. Dan yang saya kagum Beliau itu 11-12 dengan Pak Prabowo, sangat mencintai dunia tentara.

Pak Andika selalu menjaga ucapan dan tindakan agar tidak menyakiti rakyat dan umat. Beliau sering bilang “Tentara harus berdiri di semua golongan.” Itu yang membuat saya respek.

Sebagai sahabat, saat saya di Jakarta pekan lalu, saya minta waktu untuk mengucapkan selamat atas pengangkatan Beliau sebagai Panglima, meski saya telat mengucapkan, karena saya lebih banyak di daerah.

Tidak dinyana saya diterima di kantor beliau di Medan Merdeka Barat. Hampir dua jam kami diskusi soal dunia tentara, dan juga soal generasi muda, sampai soal pertanian.

Sungguh sebagai rakyat saya tersanjung. Saat saya pamit pulang, Pak Andika mengantar saya sampai halaman kantornya , bahkan ditunggui hingga mobil saya berjalan.

Saat kami berdiri di halaman kantor menunggu mobil itulah, Pak Andika nyeletuk, “Mbak, saya mau ke kafe Mbak.” “Yang bener Mas Panglima?” sahut saya terperanjat. “Yang di Magelang kan?” tanya saya. “Bukan, yang di Madiun, saya kan Minggu depan ke Lanud Iswahyudi mau lihat pesawat-pesawat kita,” jawab beliau lagi. “Lho Mas, yang di Madiun kecil dan di desa letaknya,” jawab saya galau. “Gak apa-apa saya bawa sekitar 80 pasukan,” ucapnya lagi.

Panglima Warung Kopi

Nah, itu sebetulnya pembicaraan awal kami, hingga Beliau makan siang di ‘Warung Kopi Sejahtera Hati’ di Desa Sidorejo, Kecamatan Kebonsari, Kabupaten Madiun (sekitar 20 kilometer dari Kota Madiun), hari Rabu ini (2/2/2022)

Dua hari sebelum hari H, bagian protokol Panglima TNI menghubungi saya untuk meminta alamat ‘Warung Kopi Sejahtera Hati’ di Madiun, karena hampir pasti Panglima mampir ke warung kopi.

Dalam jadwal, sebetulnya terencana pukul 11.45 sudah sampai warung, namun ternyata pukul 12.30 baru sampai di warung. Mengapa telat? Karena menurut Dandim Kabupaten Madiun Mas Edwin Charles dan Kapolres Madiun Mas Anton, Pak Andika melarang rombongannya menerobos lampu merah.

“Kan beliau tidak mau menerobos lampu merah Bu, ya kalau ada lampu merah berhenti,” kata Mas Dandim Madiun ini. Hal itu juga dikuatkan oleh Kapolres Kabupaten Madiun yang sudah menugaskan anak buahnya untuk membuka jalan, ternyata meski jalan sudah dibuka, Pak Andika tetap mengikuti aturan rambu-rambu lalu lintas.

Saya merasa sangat surprise, ternyata Pak Andika datang bersama istrinya yang cantik dan ramah serta low profile, Mbak Hetty Andika Perkasa. Bukan hanya dengan Mbak Hetty, Pak Andika juga datang bersama putra bungsunya Andrew, serta sang mertua Pak AM Hendropriyono bersama istri.

Masya Allah saya merasa tersanjung, karena Pak Andika membawa seluruh keluarga besarnya ke warung saya yang di desa. (bersambung)

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button