Kanal

Saat Panglima Makan di Warung Kopi Kecil di Desa (Bagian II)

Mendengar bahwa Panglima TNI Andika Perkasa akan makan di warung kecil saya, rakyat di desa heboh bercampur bangga. Banyak rakyat di desa ingin melihat Jenderal ganteng berbadan besar yang selama ini hanya mereka lihat di televisi.

Saya pun sehari sebelumnya minta izin ke Pak Andika, apakah dibolehkan rakyat mendekat? Pak Andika menjawab, bahwa sekarang masih masa pandemi. Selain itu, Beliau tidak ingin terkesan ada pengerahan massa.”Mbak biarkan mereka (rakyat) beraktivitas masing-masing,” jawab Beliau menolak halus.

Tapi rupanya keinginan rakyat di desa demikian menggebu, meski 500 meter dari ‘Warung Kopi Sejahtera Hati’ disterilkan oleh aparat, alias tidak boleh mendekat, namun rakyat di jalan-jalan keluar rumah bergerombol sekedar melihat rangkaian kendaraan Panglima TNI yang dibuka oleh patwal lokal.

Saat rombongan tiba, saya kira beliau menaiki mobil dinas Panglima yaitu sebuah jip Lexus bernomer bintang 4, namun rupanya beliau justru naik van Mercedes Sprinter bersama Ibu Hetty Andika Perkasa dan keluarga.

Begitu mobil yang ditumpangi beliau berhenti dan pintu terbuka, saya yang menyambut langsung berteriak, “Akhirnya sampai juga Mas ke desa saya. Beliau pun dengan terkekeh meledek, “Waduh Mbak Nanik dekat bener tempatnya.”

Hal kecil yang menarik perhatian saya adalah saat Beliau ternyata tidak hanya selalu mesra menggandeng tangan sang istri tercinta seperti yang selama ini kita lihat, tapi bagaimana Beliau sangat santun terhadap mertuanya.

Begitu mobil berhenti, Pak Andika loncat turun, kemudian membantu turun sang istri tercinta, selanjutnya satu persatu menolong ibu mertua Ibu Tatty Hendropriyono, dan terakhir Pak Jenderal (Purn) AM Hendropriyono.

Whatsapp Image 2022 02 03 At 7.56.26 Am - inilah.com

Berjalan menuju ‘Warung Kopi Sejahtera Hati’, Pak Andika mengagumi alam desa saya, serta konsep pembangunan ‘kota kecil’ yang saya bangun di desa. Saya jelaskan bahwa saya ingin rakyat desa bangga dan nyaman tinggal di desa.

Saya juga sampaikan pada Pak Andika, setelah beberapa puluh tahun lalu saya membangun masjid, sebetulnya saya ingin menjadikan masjid itu sebagai sentra ekonomi.

Sayang, tanah di seputar masjid yang saya bangun tanahnya tidak luas, dan akhirnya karena saya bukan konglomerat tapi hanya rakyat biasa yang pergi merantau ke Kota Jakarta, dan ingin lihat desa maju, maka saya pun secara bertahap membangun ‘kota kecil’ di dekat Balai Desa Sidorejo, Kecamatan Kebonsari, Kabupaten Madiun. Kebetulan tanah di seputar Balai Desa itu tanah keluarga.Balai desanya pun dulu dibangun almarhum ayah saya yang menjadi Kepala Desa dengan uang pribadi dan tanah pribadi.

Selain balai desa di lokasi itu ada sekolah SD yang dibangun juga secara pribadi oleh almarhum ayah saya saat saya masih SD, yang kemudian diserahkan ke pemerintah. Jalan Allah SWT, saya kok tergerak meneruskan pembangun yang sudah dilakukan almarhum ayah saya.

Saya mulai dengan membangun toko pertanian yang menjual semua kebutuhan petani dengan harga yang miring (toko Indotani Sejahtera), membangun toko retai (Indogrosir Sejahtera), kemudian membangun gudang besar untuk menyimpan alat-alat pertanian yang kami sewakan ke para petani dengan pembayaran bisa ditempo atau setelah hasil pertanian mereka laku (Indorental Sejahtera), lalu saya buka juga usaha penjualan berbagai bibit tanaman buah dan juga bunga (Indobibit Sejahtera).

Masih di lokasi yang sama saya membangun warung kopi dengan maksud sebagai tempat kongkow para petani untuk membicarakan persoalan yang dialami, dan juga untuk ngopi anak -anak muda desa, supaya mereka tidak usah ke kota untuk sekedar minum kopi sambil mendengarkan musik. Sesekali kalau saya ‘pulang kampung’, saya juga nongkrong dengan petani maupun anak-anak muda desa.

Saya sengaja tidak memberi nama ‘kafe’ jadi saya sebut saja ‘warung kopi’, karena nanti kalau saya kasih nama kafe, orang desa segan untuk datang. Meski namanya ‘warung kopi’ tapi saya bangun dengan konsep industrialis dengan banyak bunga sehingga selain asri juga Instagramable.

Meski warung kopi itu sangat kecil paling hanya menampung 40 orang untuk lantai satu dan dua, namun setiap hari ada live music untuk menampung kreativitas bermusik anak-anak muda.

Setelah kafe alias warung kopi, masih di lokasi yang sama saya membangun hal yang paradoks, di saat pandemi dimana toko pakaian pada tutup saya justru membuka toko pakaian (Indofashion Sejahtera). Bahkan dibuka saat saya di ruang isolasi karena terkena COVID-19.

Mengapa saya nekat buka toko fesyen? Karena banyak produsen pakaian pada ambruk, dan saya berharap bisa memasarkan produk mereka yang berkualitas ekspor di desa. Kapan lagi wong ndeso bisa beli baju yang branded tapi murah harganya? Pikir saya.

Nah itu ‘kota kecil’ yang saya coba bangun di desa kelahiran saya, dan nanti akan terus saya kembangkan sesui dengan perkembangan kantong saya.

Dalam waktu dekat ini yang akan saya realisasikan, di sepanjang jalan dimana kanan-kiri masih sawah masih milik keluarga dan lokasinya dekat Warung Kopi Sejahtera Hati, sebuah pusat jajanan nusantara yang akan saya kasih nama kebarat-baratan sedikit, yaitu ‘Sidorejo Food Stret’ , dimana di sini akan ditempatkan container-container warna-warni yang menjual makanan Nusantara. Ini upaya saya memajukan UKM di desa.

Kembali ke kedatangan Panglima ke ‘Warung Kopi Sejahtera Hati’. Saat memasuki warung Pak Andika agak surprise, karena di warung yang kecil ini menjual semua jenis kopi dari Sabang sampai Merauke. “Saya ingin orang desa yang gak pernah ke Flores, Aceh atau Papua bisa minum kopi dari daerah sana, Mas Panglima,” jawab saya saat Jenderal Andika bertanya mengapa begitu banyak jenis kopi dijual.

Pak Andika yang dari awal mewanti-wanti saya tidak menyediakan makanan ‘aneh-aneh’ dan harus makan-makanan yang ada di warung, maka siang itu saya sediakan sop buntut, sate ayam Ponorogo, ayam panggang kampung, ikan bakar, nasi pecel Madiun, kripik tempe, peyek, dll. Pokoknya makanan kampung. Demikian juga dengan sekitar 150 lebih pasukan yang dibawa beliau dan 100-an tamu lainnya yang menyambut Panglima.

Pak Andika sendiri rupanya menghindari makan-makanan karbohidrat dan manis, sehingga memilih menyantap ikan bakar, pecel tanpa nasi, dan hanya minum air mineral dan kopi pahit.

Setali tiga uang dengan Pak Andika, Ibu Hetty ternyata juga sangat lahap menyantap makanan warung termasuk minum dawet Jabung, bahkan berkali -kali bilang enak. Demikian juga dengan Ibu AM Hendro Priyono.

Pak Hendro sendiri hanya ikut satu meja sebentar dengan Pak Andika, karena rupanya Pak Hendro pamit menemui para sahabatnya yaitu para veteran yang ternyata hadir menemui Pak Hendro di halaman ‘Warung Kopi Sejahtera Hati’.

Sang putra bungsu Pak Andika, Andrew, yang hanya mengenakan kaos oblong santai, sangat tidak terlihat sebagai anak seorang Panglima. Ia juga tidak memilih duduk bersama orangtuanya, tetapi kesana-kemari berbaur dengan para tamu biasa dan terus mencoba berbagai makanan kampung, termasuk ikut mengantre untuk mengambil dawet Jabung.

Sementara saat makan di warung, Pak Andika terlihat sangat menikmati meski udara sangat panas, kami pun mengobrol ngalor-ngidul, dan seperti saat masih KSAD, Beliau tetap membawa handy talkie (HT) dan mengkordinasikan sendiri perintah-perintah pada bawahannya. Misalnya saat meminta para ajudannya menyiapkan kendaraan untuk sang mertua yang ternyata punya kerabat di Madiun dan akan mampir. “Saya ke Lanud tolong antar Oma dan Opa mau pengin kemana ya beliau-beliau,” perintah Pak Andika ke Danrem.

Whatsapp Image 2022 02 03 At 7.56.28 Am - inilah.com

Sungguh saya tidak menduga juga, ternyata Pak Andika menjadi idola semua kalangan, tak pelak semua berkeinginan untuk foto bersama. Setelah foto bersama dengan para purnawirawn , kawan-kawan Pak Hendro yang berasal dari seputar Madiun, para karyawan ‘Warung Kopi Sejahtera Hati’ yang semua ‘mogok kerja’ sejenak karena menunggu bisa berfoto dengan Pak Jenderal.

Rakyat desa yang tadinya tidak boleh mendekat karena takut terjadi kerumunan sebagian mencoba menerobos pengamanan untuk mendekati warung untuk bisa foto bersama Pak Andika dan Bu Hetty. Hebatnya, baik Pak Andika dan Ibu Hetty terus melayani dengan senyum ramah semua orang yang minta foto.

Setelah melayani foto bersama, termasuk para prajurit berpangkat rendah, Pak Andika saya ajak keliling melihat-lihat ‘kota kecil’ yang coba saya bangun.

Usai berkeliling, Pak Andika pamit untuk meneruskan kunjungan kerja ke Lanud Iswahyudi Maospati-Madiun, kemudian ke Surabaya untuk kunjungan kerja di berbagai tempat selama dua hari.

Oh ya, saat makan di ‘Warung Kopi Sejahtera Hati’, Pak Andika didampingi KSAU Marsekal TNI Fadjar Prasetyo, Pangdam V Brawijaya Mayjen TNI Nurcahyo, Pangkoopsudnas Marsda TNI Andyawan Martono, dan para pejabat TNI dari Mabes TNI, juga pejabat TNI-Polisi dari daerah Jawa Timur.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button