Sadis! Israel Menjadikan Kelaparan Sebagai Senjata Perang

Situasi kemanusiaan di Gaza sangat buruk akibat pengepungan dan pemboman yang terus dilakukan Israel. Human Rights Watch menuduh Israel menggunakan kelaparan sebagai alat perang di Jalur Gaza. Ini terlihat dari pernyataan Israel yang telah menghentikan pasokan makanan, air, dan bahan bakar.

Human Rights Watch (HRW) mengatakan dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada Senin (18/12/2023), Israel dengan sengaja merampas akses warga Palestina terhadap makanan, air dan kebutuhan dasar lainnya. Penggunaan rasa lapar terhadap penduduk sipil adalah kejahatan perang, kata LSM tersebut, dan menyerukan para pemimpin dunia untuk bertindak.

Siaran pers tersebut mengutip pernyataan dari para pejabat Israel, wawancara dengan para penyintas, laporan dari organisasi bantuan, dan bukti dari citra satelit yang membuktikan bahwa Israel terlibat dalam penggunaan kebijakan yang disengaja untuk merampas sumber daya yang diperlukan warga Palestina untuk kehidupan sehari-hari.

“Selama lebih dari dua bulan, Israel telah merampas makanan dan air bagi penduduk Gaza, sebuah kebijakan yang didorong atau didukung oleh pejabat tinggi Israel dan mencerminkan niat untuk membuat warga sipil kelaparan sebagai metode peperangan,” kata Omar Shakir, Direktur Human Rights Watch Israel dan Palestina.

“Para pemimpin dunia harus bersuara melawan kejahatan perang yang menjijikkan ini, yang berdampak buruk pada penduduk Gaza,” tambahnya. Pernyataan itu muncul ketika Israel menghadapi tekanan internal dan eksternal yang semakin meningkat sehubungan dengan meningkatnya korban sipil akibat pemboman tanpa pandang bulu di Jalur Gaza.

Ia menambahkan bahwa blokade Jalur Gaza selama 16 tahun, yang dimulai tak lama setelah penarikan Israel dari wilayah kantong tersebut pada tahun 2005, juga merupakan kejahatan perang. Berdasarkan Konvensi Jenewa Keempat, Israel, sebagai kekuatan pendudukan, wajib menyediakan makanan dan pasokan medis kepada masyarakat Gaza, tambah HRW.

“Selain pengepungan yang menghancurkan, serangan udara tentara Israel yang intensif di Jalur Gaza menyebabkan kerusakan parah atau menghancurkan material yang diperlukan untuk kelangsungan hidup penduduk sipil,” LSM itu menambahkan.

Dalam serangan dua bulan terakhir ini Israel telah menewaskan 18.787 orang dan melukai 50.897 lainnya, menurut angka terbaru, sementara ribuan orang diyakini terkubur di bawah reruntuhan. 

Pidato dan pernyataan dari para pejabat Israel yang mempromosikan kampanye untuk sengaja memblokir akses terhadap sumber daya yang diperlukan bagi penduduk Gaza sebagai sebuah strategi menunjukkan bahwa Israel tidak merahasiakan niat tersebut, kata HRW.

Bahkan sejak awal serangan Israel, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant menyatakan bahwa Israel “mengepung Gaza sepenuhnya. … Tidak ada listrik, tidak ada makanan, tidak ada air, tidak ada gas – semuanya tertutup,” membenarkan tindakan tersebut dengan menggambarkan orang-orang Palestina sebagai “orang-orang yang kejam”.

Padahal Statuta Roma tentang Pengadilan Kriminal Internasional menetapkan bahwa sengaja membuat warga sipil kelaparan dengan “merampas benda-benda yang sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup mereka, termasuk dengan sengaja menghalangi pasokan bantuan”, adalah kejahatan perang, kata HRW dalam pernyataannya.

Penderitaan 2,3 juta penduduk Gaza menjadi semakin menyedihkan di tengah perang, yang kini telah berlangsung selama lebih dari dua bulan. Sekitar 80 persen warga Palestina yang tinggal di daerah kantong tersebut menjadi pengungsi akibat kekerasan tersebut, sementara upaya untuk menyalurkan bantuan ke daerah kantong tersebut mengalami kesulitan.

Pengiriman makanan, air, bahan bakar, dan bantuan kemanusiaan ke Gaza dihalangi oleh Israel sehingga mengakibatkan kondisi bencana bagi warga sipil. Israel juga melibas lahan pertanian di Gaza, merampas sumber daya yang sangat diperlukan bagi penduduk sipil untuk bertahan hidup.

Gambar-gambar menunjukkan kehancuran besar-besaran di Jalur Gaza, warga Palestina yang putus asa menyerbu bank-bank makanan, truk-truk pengiriman bantuan kemanusiaan, dan laporan-laporan mengenai penghancuran lahan pertanian yang disengaja memperkuat tuduhan tersebut.

Organisasi-organisasi kemanusiaan yang khawatir tanpa hasil menyerukan gencatan senjata dan mengecam dampak mengejutkan dari perang besar yang merupakan hukuman kolektif terhadap penduduk sipil di Gaza.

Pemerintah Israel membalas HRW dengan menuduhnya sebagai organisasi “anti-Semit dan anti-Israel”. “Human Rights Watch … tidak mengutuk serangan terhadap warga Israel dan pembantaian tanggal 7 Oktober dan tidak memiliki dasar moral untuk membicarakan apa yang terjadi di Gaza jika mereka menutup mata terhadap penderitaan dan hak asasi warga Israel,” kata juru bicara kementerian Lior Haiat kepada AFP.

Sumber: Inilah.com