Market

Saham Berfundamental Baik tak Selalu Naik Secara Teknikal

Sejatinya, saham-saham berfundamental baik merefleksikan kenaikan harga secara teknikal di bursa saham. Namun kenyataannya, tak semua saham berfundamental baik mengalami kenaikan harga. Investor pun perlu mempertimbangkan faktor teknikal sebelum memutuskan pembelian suatu saham.

“Saham bagus, belum tentu naik. Jadi, pisahkan saham mana yang bagus dan mana saham yang naik. Yang ideal adalah yang fundamentalnya bagus dan harga sahamnya naik,” kata Pengamat dan praktisi pasar modal syariah, Asep Muhammad Saepul Islam kepada Inilah.com melalui pesan WhatApps, Jumat (11/2/2022).

Mang Amsi, sapaan akrabnya, menyarankan kepada para pemodal baik pelaku pasar alias trader maupun investor di bursa saham untuk membaurkan faktor fundamental dengan indikator teknikal. “Jika sahamnya sudah bagus secara fundamental, tinggal cari waktu yang tepat untuk mulai mencicil pembelian sahamnya dengan mempertimbangkan juga indikator teknikal,” ujarnya.

Pernyataan pendiri komunitas Syariah Saham tersebut terkait dengan delapan saham syariah dengan rasio-rasio fundamental dan likuiditas terbaik. Ukurannya adalah saham-saham yang memiliki price to earning ratio (PER)  di bawah 10 kali dan price to book value (PBV) di bawah 1 kali.

“Kita membatasi pada saham-saham yang likuid, yakni mereka yang masuk indeks Kompas100 atau indeks JII70 (Jakarta Islamic Index 70),” ungkap dia.

Delapan Saham Syariah Berfundamental Terbaik

Dalam tiga kategori tersebut, yakni PER, PBV, dan likuiditas, berikut delapan saham syariah dengan peringkat fundamental terbaik berdasarkan laporan keuangan kuartal III-2021:

Saham-saham Syariah dengan Fundamental Terbaik - inilah.com
Dok: Mang Amsi

Rangking pertama, saham PT Global Mediacom Tbk (BMTR) menduduki peringkat pertama. “Rangking ini jarang bergeser. Masalahnya, harga sahamnya juga tidak bergerak ke mana-mana,” ujarnya.

BMTR merupakan emiten yang satu grup dengan PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) dan bergerak di multisektor industrial holding. Sebab, BMTR merupakan induk dari MNCN.

“Yang paling penting juga bagaimana menakar nilai wajar dan nilai buku bisa terkomparasi dengan PER dan PBV dalam lima tahun terakhir dari saham-saham tersebut,” tuturnya.

Ia mencontohkan saham BMTR ini, yang boleh jadi harga sahamnya bertahan di kisaran PER 3-4 dalam beberapa tahun terakhir. “Jadi, yang terpenting adalah coba bandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya juga,” ucapnya menandaskan.

Rangking kedua, yakni di posisi runner up adalah saham yang diterbitkan oleh induk PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM) yakni PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP). “Ini adalah grup Sinar Mas yang bergerak di bidang kertas,” papar Mang Amsi.

Rangking ketiga, saham PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) di sektor media. “Ini juga termasuk saham yang likuid karena masuk dalam beberapa indeks besar,” ungkap dia.

Rangking keempat, saham BUMN PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS). “Saham ini bergerak di sektor energi minyak, gas, storage, dan distribusi,” katanya.

Rangking kelima, saham PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM) yang merupakan anak usaha INKP.

Sementara di rangking keenam, saham PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk (WEGE) yang bergerak di sektor konstruksi dan merupakan anak usaha dari PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA).

Rangking ketujuh, yaitu PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP). AALI bernaung di bawah grup Astra, sedangkan LSIP di bawah grup Salim.

Rangking kedelapan, saham yang sejenis dengan LSIP, yakni PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) yang bergerak di sektor perkebunan dan palawija dan sekarang masuk sektor konsumer non-siklikal.

Perhatikan Rasio-rasio Fundamental 5 Tahun Terakhir

Mang Amsi kembali menegaskan, jika fundamental suatu saham bagus tapi harga sahamnya di situ-situ saja, boleh jadi karena rasio-rasio fundamentalnya memang belum bergerak atau belum menembus (breakout) resistance-nya, seperti rasio PBV dan PER. “Karena itu, ada yang dinamakan dengan PER dan PBV standar deviasi,” timpal dia.

Di atas semua itu, ia mewanti-wanti pelaku pasar untuk menakar risiko masing-masing. Secara fundamental, dengan mengalikan PER dan PBV saham-saham tesebut masih terhitung murah. Sebab, angkanya masih jauh di bawah 22,5.

“Ini jangankan di bawah 20 kali, semuanya di bawah 10 kali,” ucapnya. “Pastikan dengan profil risiko teman-teman dan juga money management. Ini merupakan insight dari sisi fundamental bukan teknikal.”

Pada sesi pertama perdagangan Jumat (11/2/2022), saham BMTR stagnan di Rp266, PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP) P turun 0,7% ke 7.550, MNCN menguat 3,3% ke 930, PGAS turun 0,4% ke 1.375, TKIM stagnan di 7.050, WEGE menguat 0,6% ke 179, LSIP menguat 0,4% ke 1.285, dan AALI stagnan di 9.975.

Disclaimer: Pelajari dengan teliti sebelum membeli atau menjual saham. Inilah.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button