Market

Saham GOTO: Jual Tak Bisa, Beli Belum Saatnya

saham-goto:-jual-tak-bisa,-beli-belum-saatnya

Analis menyarankan pelaku pasar untuk tidak melakukan aksi apapun baik jual ataupun beli pada saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO). Mereka disarankan untuk bersikap wait and see hingga sentimen yang mewarnai saham ini terhitung stabil.

“Enggak bisa diapa-apain, yang punya barang juga enggak bisa jual. Untuk beli pun belum saatnya. Kalau beli saham GOTO sekarang, bisa saja besok mengalami ARB lagi,” kata Suria Dharma, Pengamat Pasar Modal dari PT Samuel Sekuritas Indonesia kepada Inilah.com di Jakarta, Kamis (1/12/2022) sore.

Dalam berapa waktu terakhir sudah terjadi tekanan jual pada saham GOTO. Hal ini terlihat dari sahamnya yang telah mengalami penolakan penawaran jual beli di batas bawah alias auto rejection bawah (ARB) selama 5 hari perdagangan bursa secara beruntun. Tak tanggung-tanggung, nilai penurunan mencapai 25 persen.

Bahkan, pada perdagangan Kamis (1/12/2022), antrian jual pada level terendah itu mencapai 204,5 juta lot dan total antrian penawaran jual mencapai 263,7 juta lot.

Namun, ada juga investor yang membeli saham GOTO pada harga Rp375 per unit sebelum tutup pada level 151 di pasar negoisasi. Pada perdagangan Kamis di pasar negoisasi saham GOTO mencapai Rp1,935 triliun dengan harga rata-rata Rp115,6 per lembar. Sedangkan pada pasar reguler GOTO menderita tekanan jual dengan tutup di level turun 10 poin atau 6,6 persen ke level Rp141 dengan nilai transaksi Rp65,1 miliar.

“GOTO hari ini dibuka lockup-nya. Dengan sendirinya ya kena ARB. Gitu saja sih ceritanya,” kata Suria.

Periode penguncian saham (lock-up) saham GOTO untuk pemegang lama atau sebelum Initial Public Offering (IPO), resmi berakhir Rabu (30/11/2022). Artinya seluruh pemegang saham perseroan bisa memperdagangkan saham GOTO mulai Kamis (1/12/2022).

Menurut Suria, hal itu membuat pelaku pasar ketakutan. Sebab, saham yang di-lockup itu jumlahnya banyak dan memperbesar jumlah saham yang floating di pasar. “Ini sesuai dengan mekanisme suplai-demand. Setelah lock up dibuka, suplai sahamnya menjadi banyak, sementara permintaan tidak bertambah,” papar dia.

Dibukanya lock-up ini menambah jumlah saham free float GOTO di Bursa. Berdasarkan prospektus GOTO, saat ini jumlah saham GOTO yang beredar di masyarakat adalah sebesar 40,6 miliar saham atau setara 3,43 persen. Dengan dibukanya lock-up, jumlah saham free float GOTO akan bertambah 62,96 persen, menjadi 66,3 persen.

Akibatnya, kata dia, yang punya saham GOTO berpikir untuk keluar terlebih dahulu. “Nanti, setelah situasi tenang, baru mereka masuk lagi atau bagaimana memutuskan keluar sepenuhnya. Jadi, ini semata faktor lock-up yang dibuka. Faktor fundamental, tidak ada hubungannya dengan dibukanya lock-up saham GOTO ini,” ungkap Suria.

Kapan Tren ARB bakal Berakhir di Saham GOTO?

Terkait kapan tren ARB di saham GOTO akan berhenti, Suria menegaskan, tak ada satu orang pun yang dapat menebaknya. Hal ini sangat tergantung pada tekanan jual apakah masih besar atau tidak. “Tapi, pada satu titik tertentu akan berbalik menguat. Tidak mungkin mengalami ARB terus,” tukasnya.

Batasan ARB yang berlaku sejak pandemi adalah sebesar 7% sedangkan Auto Rejection Atas atau ARA sebesar 25%. “Jadi, sebenarnya orang sering berspekulasi jika ARB sudah berlangsung tiga hari, biasanya suatu saham mengalami rebound. Biasanya begitu,” tuturnya.

Spekulasi tersebut didasarkan pada 7% dikali 3 menjadi 21%. “Kira-kira kalau kasarnya kan, misalnya ARA bisa 25% sehingga orang akan berspekulasi rebound setelah tiga kali ARB, meskipun belum tentu terjadi ARA juga setelah itu,” papar Suria.

Meski begitu, ada juga orang yang berspekulasi ARB itu berlangsung lebih dari tiga hari. “Tapi umumnya setelah tiga hari, penurunan saham tersebut agak reda, nanti dilihaat lagi arahnya, turun lagi atau justru berbalik menguat,” ujarnya.

Penurunan tajam saham GOTO juga, sambung dia, tidak berarti pemegang saham lama sebelum IPO melakukan aksi jual. “Kita belum tahu juga apakah investor lama keluar atau tidak, karena datanya belum keluar. Kalaupun mereka transaksi hari ini, mereka tidak bisa karena keburu ARB, sehingga aksi jual belum terlalu banyak,” ungkap dia.

Bisa saja investor lama keluar, karena penawaran harga saham seri A bervariasi. “Kalau modalnya di bawah, bisa saja dia ingin jual, walaupun dalam kodisi sekarang, mereka enggak bisa jual juga,” timpal dia.

Tambahan free float 62,96 persen saham tadi berasal dari pemegang saham dengan kepemilikan kurang dari 5 persen. Tercatat, sebanyak 745,6 miliar saham yang terkena lock-up dimiliki oleh pihak-pihak dengan kepemilikan sebanyak kurang dari 5 persen.

Terdapat setidaknya 1,1 triliun saham seri A yang bukan merupakan milik pemegang saham dengan hak suara multipel, yang terkena lock-up. Rinciannya, Garibaldi Thohir sebesar 1,05 miliar saham atau 0,09 persen, Goto Peopleverse Fund sebanyak 106,9 miliar saham atau 9,03 persen, dan SVF GT Subco (Singapore) Pte. Ltd. sebanyak 103,1 miliar saham atau 8,71 persen.

Akan tetapi, mengingat jumlah saham yang mereka miliki itu terhitung jumbo, aksi jual sebaiknya dilakukan di pasar negosiasi alias crossing (tidak dilakukan di pasar reguler) dengan mencari lawan transaksi terlebih dahulu.

“Mencari pembeli yang berminat di harga berapa dan dilakukan di pasar negosiasi sehingga tidak ada kepanikan di pasar reguler. Di pasar reguler, duitnya belum tentu ada. Meski begitu, investor ritel dirugikan karena ada tekanan jual di sahamnya. Kalau tidak ada yang jual, harga sahamnya bisa naik,” imbuhnya.

Disclaimer: Pelajari dengan teliti sebelum membeli atau menjual saham. Inilah.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button