Kanal

Sambut HUT ke-77 RI: Kemerdekaan Terbesar Adalah Pembebasan Hawa Nafsu

Selasa, 16 Agu 2022 – 05:27 WIB

Kemerdekaan

Foto: istock

Indonesia memasuki usia kemerdekaannya yang ke-77 tahun. Kesemarakan suasana menyambut HUT RI sudah terlihat di seantero negeri ini.

Bendera merah putih berkibar di setiap rumah penduduk. Umbul-umbul dengan warna-warni, bergambar burung Garuda ikut menambah kesemarakan menyambut hari kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus.

Kepanitiaan perayaan Agustusan pun sudah terbentuk. Rakyat bergotong-royong membuat gapura dan mempersiapkan lomba-lomba.

Setiap hari kemerdekaan memang sudah menjadi budaya/tradisi rakyat Indonesia memeriahkannya dengan berbagai lomba dan panggung hiburan. Dari mulai anak-anak hingga orang dewasa, lelaki dan perempuan, larut dalam kegembiraan tersebut.

Lomba panjat pinang menjadi primadona dan dinantikan sebagai salah satu tontonan yang menghibur. Berbagai kelucuan diperlihatkan dalam setiap lomba pada hari kemerdekaan RI.

Perayaan HUT RI senantiasa mengundang daya tarik warga negara asing. Mereka sengaja datang dari negaranya untuk berwisata ke Indonesia pada moment hari kemerdekaan bangsa kita.

Bangga menjadi bangsa Indonesia yang kaya dengan berbagai tradisi/budaya. Namun demikian, pada hari kemerdekaan ke-77 ini, sebagai anak bangsa seyogyanya jangan larut dalam euforia seremoni semata.

Sejatinya kemerdekaan RI dimaknai dengan mempererat persatuan dan kesatuan. Jangan terpecah belah karena berbeda pandangan dan pilihan politik dan lainnya.

Persiapan perayaan Agustusan di atas merupakan salah satu contoh cermin persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia itu.

Jiwa nasionalisme bangsa masih terlihat kuat di dalam diri anak bangsa ini. Hal ini menjadi modal kuat bagi kemajuan bangsa dan negara kita ke depan.

Makna kemerdekaan

Kemerdekaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologi merdeka berarti bebas. Kemerdekaan artinya kebebasan. Sedangkan secara terminologi, merdeka artinya bebas dari segala penjajah dan penjajahan atau penghambaan.

Kemerdekaan adalah suatu keadaan di mana seseorang atau negara dapat berdiri sendiri, bebas dan tidak terjajah.

Sedangkan dalam Islam, kemerdekaan merupakan hak dasar setiap manusia atau sangat fundamental.

Khalifah Umar bin Khathab pernah berkata kepada Umar bin Ash, “sejak kapan kamu memperbudak manusia, padahal mereka dilahirkan oleh ibunya dalam keadaan merdeka.”

Ucapan sayidina Umar yang populer itu menunjukkan keberpihakan Islam terhadap hak kemerdekaan manusia dari semua aspek. Tetapi Islam memandang kemerdekaan manusia bukanlah kebebasan tanpa batas.

Kemerdekaan sejati dalam Islam adalah ketundukan total kepada kuasa Ilahi dan melepaskan diri dari jeratan nafsu. Ketika seorang muslim terbebas dari seluruh belenggu setan dan hawa nafsu, lalu mengembalikan seluruhnya kepada aturan Allah. Di sinilah sebenarnya ia memperoleh kemerdekaannya.

Kemerdekaan seperti itulah yang akan melahirkan kekuatan maha dahsyat. Dengan kemerdekaan seperti ini, dua imperium besar, Persia dan Romawi ditundukkan di awal sejarah Islam.

Ketika perang Qadisiyah, Sa’ad bin Abi Waqqash memerintahkan Rabi’ bin Amir untuk menghadap Rustum, panglima perang Persia. Rustum bertanya kepada Rabi’ tentang tujuan kedatangan pasukan Islam ke wilayahnya.

Dengan lantang Rabi’ menjawab–suatu jawaban yang pantas dicatat dengan tinta emas sejarah.

“Kami datang untuk membebaskan manusia dari penghambaan terhadap sesamanya kepada penghambaan kepada Allah Yang Maha Esa. Dari dunia yang sempit menuju dunia yang luas serta dari kesewenang-wenangan agama kepada keadilan Islam.”

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ﷺ mengatakan bahwa musuh yang paling besar dan berat untuk dihadapi adalah melawan hawa nafsu.

Ketika Rasulullah kembali dari salah satu peperangannya, beliau bersabda: “Kalian telah tampil ke depan dengan cara terbaik. Untuk tampil ke depan, kalian telah kembali dari jihad yang lebih kecil kepada jihad yang lebih besar.”

Mereka bertanya, “Dan apakah jihad yang lebih besar itu?” Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ﷺ menjawab, “Perjuangan (mujahadat) hamba-hamba Allah atas hawa nafsu mereka.”

Orang-orang yang mengikuti nafsu sebenarnya bukan hamba Allah, tetapi budak nafsu. Sebab, tidak mungkin seseorang melayani dua majikan. Dengan demikian, pembebasan diri dari perbudakan hawa nafsu adalah kemenangan dan kemerdekaan terbesar.

Jika konsep kemerdekaan seperti ini terpatri dalam jiwa umat Islam, tidak akan ada lagi bentuk-bentuk penjajahan implisit. Penjajahan yang kulitnya menawarkan kemakmuran padahal aslinya menghancurkan sisi kemanusiaan.

Dan jika umat Islam Indonesia yang mayoritas ini menjadikan sabda Rasulullah sebagai pedoman dalam berbangsa bernegara, InsyaAllah kemerdekaan yang sesungguhnya akan diperoleh. Indonesia menjadi negeri yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. Negeri subur, makmur, dan alamnya yang indah. Penduduknya pun selalu bersyukur atas nikmat yang mereka terima. Aamiin ya Robbal alamin

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button