News

Santer Disebut akan Berduet dengan Imam Besar Masjid Istiqlal, Begini Reaksi Ganjar

Dalam rentang waktu sepekan terakhir, nama Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar santer disebut akan menjadi salah satu bakal calon wakil presiden mendampingi Ganjar Pranowo. Ini terhubung dengan kabar, Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarno Putri yang tengah menggodok dan mencari sosok tokoh Nahdlatul Ulama (NU) untuk diduetkan dengan Ganjar.

Ganjar sendiri mengaku belum mendengar kabar tersebut, tetapi dia menyebut dirinya sudah lama mengenal sosok Nasaruddin.

Mungkin anda suka

“Ini kan kiai ya, saya kenal dengan beliau cukup lama, waktu menikahkan anaknya saya juga datang. Bahkan saya datangnya terlambat ditungguin,” kata Ganjar di sela halalbihalal dengan tokoh agama Islam Sulawesi Utara, yang turut dihadiri Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruudin Umar di Manado, Kamis (18/5/2023).

Di mata Ganjar, Nasaruddin adalah sosok karismatik dan berpikiran terbuka. “Seorang ulama yang karismatiklah ya, sangat open minded gitu, ya hubungan saya baik, sudah lama,” kata Ganjar.

Meski demikian, Ganjar menilai pertemuan dirinya dengan Nasaruddin bukan sinyal akan menjadi paslon capres-cawapres. Sebab, bakal cawapres berada di tangan parpol.

“Belum, kalau cawapres mah antarpartai nanti akan bicara. Jadi pada saatnya ketika kerja sama antarpartai sudah mulai terjadi, mengerucut, pasti akan dibicarakan. (Soal cawapres) pasti saya juga akan diajak bicara,” pungkasnya.

Butuh Figur NU

Pengamat politik Adi Prayitno menilai wajar jika Megawati menginginkan sosok NU untuk menjadi cawapres Ganjar. Selain, merupakan organisasi masyarakat (Ormas) Islam terbesar di Indonesia, NU juga memiliki pemikiran yang senapas dengan PDIP. Yang pasti, figur NU dibutuhkan untuk mendulang suara di Jawa Timur dan Jawa Barat.

“Kalau yang dimunculkan salah satu namanya Nasaruddin Umar, saya kira masuk akal. Karena, Nasaruddin itu adalah tokoh yang memang cukup populer di kalangan NU. Dia cukup mengakar dan cukup kuat. Dalam konteks itu memang Nasaruddin Umar cukup layak didominasikan dan diperhitungkan untuk bisa mendampingi Ganjar,” papar Adi.

Kendati demikian, kelemahan dari sosok Nasaruddin Umar, menurut Adi adalah hingga saat ini namanya belum masuk jajaran cawapres di lembaga survei. Dia menjelaskan, untuk mendapatkan kemenangan Ganjar harus berdampingan dengan sosok yang bisa membantu menaikkan elektoralnya.

“Karena syarat bagi Ganjar untuk bisa menang itu haruslah cawapres yang punya elektabilitas tinggi, punya popularitas tinggi yang bisa menambah gaya gedor dan bisa menambah elektabilitas Ganjar,” imbuh dia.

Informasi yang beredar di kalangan koalisi Jokowi menyebutkan, Megawati saat ini tengah mengkalkulasi masuknya tokoh-tokoh NU sebagai pendamping Ganjar. Salah satu nama yang menguat adalah Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar.

Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah itu dipertimbangkan Megawati karena beberapa alasan. Megawati melihat sosok Nasarudin sebagai seorang NU tulen yang punya keilmuan mumpuni, basis NU kuat dan tidak ambisius dalam urusan politik.

Munculnya nama Nasaruddin diusulkan oleh elite-elite PDIP kepada Megawati. Pengurus PDIP merasa Nasaruddin ideal mendampingi Ganjar karena sesuai keinginan Megawati mengusung duet nasionalis-religius. Plus, Nasaruddin dianggap melengkapi Ganjar secara elektoral.

Sosok Nasaruddin Umar

Prof Dr KH Nasaruddin Umar, MA adalah salah satu tokoh Islam Indonesia kelahiran Ujung-Bone, Sulawesi Selatan. Nasaruddin menikah dengan Helmi Halimatul Udhma dan memiliki 3 anak bernama Andi Nizar Nasaruddin Umar, Andi Rizal Nasaruddin Umar, dan Cantik Najda Nasaruddin Umar.

Dia bukan sosok baru dalam pemerintahan. Sebelum menjadi Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin pernah menjabat sebagai Wakil Menteri Agama RI dari tahun 2011-2014 mendampingi Suryadharma Ali pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono.

Nasaruddin juga pernah menjabat berbagai posisi penting lainnya di luar pemerintahan. Seperti Wakil Rektor UIN Jakarta dan Mustasyar PBNU.

Sejumlah karya ilmiah tentang Islam juga disumbangkannya. Antara lain Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Quran, yang menjabarkan hasil penelitian mengenai bias gender dalam Quran.

Nasaruddin juga anggota dari Tim Penasehat Inggris-Indonesia yang didirikan oleh mantan Perdana Menteri Inggris, Tony Blair.

Menyelesaikan studi S1 di Fakultas Syari’ah IAIN Alauddin Ujung Pandang (1984), Nasaruddin melanjutkan Program S2 di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta (1990-1992). Program doktoralnya juga ditempuh di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan disertasi ”Perspektif Jender Dalam Al-Qur’an (1993-1998).

Nasaruddin juga pernah tercatat sebagai Visiting Student di Mc Gill University Canada, 1993-1994, Visiting Student di Leiden University Belanda, 1994/1995 dan mengikuti Sandwich program di Paris University Prancis, 1995.

Dia pun pernah melakukan penelitian kepustakaan di beberapa perguruan tinggi di Kanada, Amerika Serikat, Jepang, Inggris, Belanda, Belgia, Italia, Ankara, Istanbul, Srilanka, Korea Selatan, saudi Arabia, Mesir, Abu Dhabi, Yordania, Palestina, Singapura, Kualalumpur dan Manila.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button