Sebagian Warga Gaza Minum Air Limbah dan Makan Pakan Ternak


Semakin banyak warga Palestina di Gaza yang tidak memiliki akses terhadap air bersih. Mereka kini hanya minum air limbah dan makan pakan ternak. WHO pun memohon peningkatan akses bantuan segera ke wilayah yang terkepung.

“Di Gaza, ada orang yang kini makan makanan hewani, makan rumput, dan minum air limbah. Anak-anak hampir tidak bisa makan, sementara truk-truk berdiri di luar Rafah,” Hanan Balkhy, direktur regional Mediterania Timur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kemarin. 

Hanan Balkhy juga memperingatkan bahwa perang Israel di Gaza berdampak besar pada layanan kesehatan di wilayah yang lebih luas. Dampaknya terhadap anak-anak akan memiliki efek jangka panjang yang parah, kata pakar kesehatan anak tersebut kepada AFP dalam sebuah wawancara di kantor pusat WHO di Jenewa.

Perang Gaza paling berdarah yang pernah terjadi dipicu serangan Hamas pada 7 Oktober, yang mengakibatkan kematian 1.194 orang, sebagian besar warga sipil, menurut penghitungan AFP berdasarkan angka resmi Israel. Sementara pemboman balasan dan serangan darat Israel telah menewaskan sedikitnya 36.550 orang di Gaza, sebagian besar juga warga sipil, menurut kementerian kesehatan wilayah yang dikelola Hamas.

post-cover
Seorang gadis Palestina membawa wadah air di kamp pengungsi Jabalia di Jalur Gaza utara pada 3 Juni 2024. (Foto: AFP/Omar Al Qatta)

Trauma yang sangat Kompleks

PBB telah lama memperingatkan bahwa kelaparan akan terjadi di Gaza, dengan 1,1 juta orang – sekitar setengah dari populasi – menghadapi tingkat kerawanan pangan yang sangat parah.

Badan kemanusiaan PBB OCHA pada hari Selasa mengatakan kendala akses “terus melemahkan penyampaian bantuan kemanusiaan yang aman untuk menyelamatkan jiwa di seluruh Gaza”, dan kondisinya “semakin memburuk” pada bulan Mei.

Aliran bantuan sebagian besar masuk melalui persimpangan Kerem Shalom dengan Israel. Ketidakamanan yang terkait dengan pertempuran dan pemboman, serta jalanan yang sering dipenuhi puing-puing, juga menghambat distribusi bantuan.

Balkhy, yang mulai menjabat pada bulan Februari, mengatakan Gaza membutuhkan “perdamaian, perdamaian, perdamaian”, ditambah peningkatan akses bantuan melalui darat.

Setelah kunjungan baru-baru ini ke penyeberangan Rafah dari Mesir ke Jalur Gaza selatan sebagai jalur penting bantuan yang ditutup oleh pasukan Israel awal bulan lalu, ia mendesak Israel untuk membuka perbatasan tersebut. Balkhy mengatakan bantuan lewat Kerem Shalom tidak cukup

“Upaya keras di koridor maritim dan pengiriman udara tidak masuk akal ketika jalur darat yang jauh lebih murah dan efektif sudah ada dengan truk-truk berbaris di luar koridor tersebut,” katanya. Balkhy menyuarakan rasa frustrasinya atas pemblokiran peralatan medis yang dianggap sebagai barang dengan kegunaan ganda yakni menurut Israel dapat juga digunakan untuk tujuan militer. “Kita berbicara tentang ventilator, bahan kimia pemurni hingga air bersih,” kata dokter Saudi itu.

Dampak Kesehatan Mental Anak

Balkhy menekankan kebutuhan yang sangat besar bagi para pasien di Gaza, dengan sebanyak 11.000 orang yang sakit kritis dan terluka memerlukan evakuasi medis. “Pasien yang keluar menunjukkan beberapa trauma yang sangat kompleks: patah tulang, organisme yang resistan terhadap berbagai obat, hingga anak-anak yang sangat cacat,” katanya.

“Untuk merehabilitasi orang-orang seperti ini dan merawat mereka, Anda memerlukan layanan kesehatan yang sangat kompleks,” kata Balkhy, menekankan situasi ini juga menjadi beban berat pada sistem kesehatan yang rapuh di negara-negara tetangga, terutama Mesir.

Pekan lalu, WHO memperingatkan adanya penghentian mendadak terhadap evakuasi medis sejak Israel melancarkan serangan di Rafah pada awal Mei, dan memperingatkan akan lebih banyak orang yang meninggal saat menunggu perawatan.

Balkhy yang merupakan seorang dokter spesialis penyakit menular, berbicara tentang dampak jangka pendek dan jangka panjang dari konflik terhadap anak-anak. Dia mengatakan perang telah memberikan dampak buruk terhadap upaya-upaya kesehatan dasar masyarakat, seperti air bersih, makanan sehat dan imunisasi rutin, sehingga anak-anak rentan terhadap campak, cacar air, diare dan penyakit pernafasan.

“Ini akan berdampak besar pada kesehatan mental. Ini akan menyebabkan sindrom stres pasca-trauma yang parah,” dia memperingatkan. “Saya pikir (bagi) anak-anak yang telah mendengar kebakaran dan kehancuran, dan mengalaminya, akan membutuhkan banyak upaya untuk memulihkan mereka.”