Sebanyak 86% Warga Gaza kini Berada di Bawah Perintah Evakuasi Israel


Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan 86 persen warga Gaza yang terkepung sekarang berada di bawah perintah evakuasi Israel. Ribuan warga Palestina meninggalkan kamp pengungsi Bureij dan Nuseirat di Gaza tengah Senin (29/7/2024) setelah tentara Israel mengeluarkan perintah evakuasi baru.

“Kami telah mengungsi dari utara. Mereka memberi tahu kami: ‘Pergi ke Gaza tengah, lalu ke Rafah.’ Kami pergi ke Rafah, lalu kembali ke Nuseirat. Kami terjebak. Lalu kami menerima instruksi untuk bergerak lebih jauh ke selatan menuju al-Mawasi,” kata Mohammed Naserallah, seorang pengungsi Palestina, kepada Al Jazeera.

“Hidup kita hancur berkeping-keping. Kita tidak punya apa-apa, tidak ada seorang pun kecuali Tuhan.”

Philippe Lazzarini, kepala UNRWA, badan PBB untuk pengungsi Palestina, mengatakan 86 persen wilayah kantong yang terkepung itu berada di bawah perintah evakuasi yang dikeluarkan oleh militer Israel.

Kahder Baroud, seorang pria Palestina tunanetra yang mengenakan kacamata hitam, mengatakan ia menerima panggilan dari tentara Israel agar meninggalkan rumahnya di Nuseirat pada hari Minggu (28/7/2024).

“Kami sudah berjuang menghadapi situasi ini karena anak-anak perempuan dan laki-laki saya juga tuna netra. … Kami hidup dalam ketakutan, dalam situasi yang menakutkan. Kami meninggalkan rumah hari ini [Senin], tetapi kami tidak tahu ke mana kami bisa pergi sekarang,” katanya.

Melaporkan dari Deir el-Balah, juga di Gaza tengah, Hani Mahmoud dari Al Jazeera mengatakan pemindahan massal yang berulang telah menjadi norma di kalangan militer Israel. “Mayoritas penduduk mengungsi mengalir ke kota Deir el-Balah yang sudah dipenuhi keluarga-keluarga pengungsi dan tidak memiliki cukup ruang atau sumber daya untuk menampung mereka,” katanya.

Selain itu, sekolah-sekolah yang telah diubah menjadi tempat penampungan bagi para pengungsi juga menjadi sasaran. “Serangan terhadap sekolah dalam dua hari terakhir telah menghancurkan rasa aman yang tersisa bagi orang-orang yang tinggal di pusat-pusat evakuasi dan telah mendorong orang-orang ke pengungsian internal yang lebih parah. Secara harfiah tidak ada tempat yang aman di Gaza,” katanya.

Sementara itu, sedikitnya tiga orang tewas dan beberapa lainnya terluka ketika tentara Israel kembali membombardir al-Mawasi, sebuah wilayah di Gaza selatan yang sebelumnya dinyatakan sebagai “zona aman” oleh Israel.

Pejabat di Gaza mengatakan 33 warga Palestina tewas di seluruh wilayah kantong itu pada hari Senin sementara jumlah kematian secara keseluruhan sejak Oktober dilaporkan mencapai 39.363 dengan lebih dari 90.000 lainnya terluka. Diperkirakan 1.139 orang tewas di Israel selama serangan yang dipimpin Hamas pada tanggal 7 Oktober dan lebih dari 200 orang ditawan.

Daerah Endemis Polio

Serangan gencar Israel juga memperburuk keadaan darurat kesehatan di Gaza karena Kementerian Kesehatan pada Senin (29/7/2024) menyatakannya sebagai “daerah endemis polio”. Dalam pernyataan di Telegram, kementerian mengatakan situasi tersebut menimbulkan ancaman kesehatan bagi penduduk Gaza dan negara-negara tetangga.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga telah mengonfirmasi penyebaran virus polio yang mengancam jiwa, dengan mendeteksinya dalam sampel limbah. Persediaan air minum yang sudah langka di Jalur Gaza yang berpenduduk padat berisiko terkontaminasi oleh virus tersebut. 

“Ini hanyalah awal dari gelombang penyakit yang akan dihadapi Jalur Gaza,” kata Hind Khoudary dari Al Jazeera, melaporkan dari Deir-el Balah. Warga Palestina tinggal di tenda-tenda darurat tanpa kamar mandi, tanpa kebersihan, tanpa akses air bersih dan sanitasi. Limbah berserakan di mana-mana.

Pada hari Jumat, WHO mengatakan pihaknya akan mengirimkan lebih dari satu juta vaksin polio ke Gaza untuk diberikan selama beberapa minggu mendatang guna mencegah anak-anak terinfeksi. Militer Israel juga mengatakan akan mulai menawarkan vaksin polio kepada tentara di Gaza.