Sebut Netralitas Aparat Cuma Jargon dan Gimik, JPPR Beberkan Alasannya

Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) mengaku mendapat sejumlah informasi terkait pelanggaran netralitas aparat dalam tahapan pemilu, jelang 14 hari pemungutan suara.

Manajer Pemantauan Seknas JPPR, Aji Pangestu mengungkapkan, salah satu temuannya terkait lemahnya penertiban Alat Peraga Kampanye (APK) pada sebagian besar provinsi dan kabupaten/kota, diduga aparat enggan melakukan penertiban terhadap salah satu pasangan calon.  “Netralitas Aparat dalam hal ini slogan netralitas seolah hanya menjadi gimik dan retorika dalam pemilu hari ini,” kata Aji dalam keterangannya, Selasa (30/1/2024).

Aji juga menerangkan bahwa JPPR dalam pemantauannya menemukan video dukungan tegak lurus kepada Presiden Jokowi yang dilakukan oleh aparat perangkat desa di Pasuruan dan Makasar.

“Pasalnya banyak rangkaian peristiwa yang mengindikasikan adanya ketidaknetralan aparat dalam penyelenggaraan pemilu, misalnya viral petugas Satpol PP Garut mendukung Gibran (sebagai peserta pemilu), dugaan aparat memasang baliho salah satu partai politik,” tuturnya.

Aji menambahkan hal itu juga terjadi saat deklarasi kepala desa/aparat desa yang tergabung dalam Asosiasi Badan Permusyawaratan Desa Nasional (APDESI) kepada salah satu peserta pemilu.

Selanjutnya, tutur dia, munculnya peristiwa akun milik Kementerian Pertahanan yang mengunggah konten di X (Twitter) dengan menyematkan hastag ‘PrabowoGibran’.

“Indikasi semua rangkaian peristiwa tersebut mengarah kepada salah satu peserta pemilu saja dan dikuatkan dengan statement Presiden Jokowi yang menyatakan dirinya boleh berkampanye,” kata Aji.

Isu ketidaknetralan aparat memang gencar disuarakan berbagai pihak. Sebelumnya, pengamat Militer dan Intelijen, Connie Rahakundini Bakrie juga turut menyuarakan soal ini.

Ia menduga ada upaya dari pihak Istana untuk membantu pemenangan pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. “Pak Prabowo, menurut saya hanya digunakan sebagai ‘kendaraan’ untuk sang putra mahkota,” ujar Connie beberapa waktu lalu.

Connie pun mencontohkan kasus penganiayaan anggota TNI terhadap relawan salah satu pasangan capres. Connie melanjutkan, belum tuntas kasus Boyolali, muncul kekerasan di Manado ketika oknum TNI menghajar rombongan pengantar jenazah. Connie pun mempertanyakan, mengapa kekerasan dan intimidasi yang melibatkan oknum TNI itu selalu menyasar pendukung salah satu capres.

Connie pun mengungkapkan, ada skenario untuk memenangkan pasangan Prabowo-Gibran hanya satu putaran dalam Pilpres nanti. “Ini ada upaya keras istana untuk menangkan putra mahkota satu putaran, tapi saya enggak menyalahkan Pak Prabowonya, yang cuma dipakai sebagai kendaraan,” ujarnya. 

Sumber: Inilah.com