Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP), Hasto Kristiyanto menyampaikan terima kasih kepada rakyat Jakarta yang telah memilih Pramono Anung-Rano Karno di Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jakarta. Diyakini berlangsung hanya satu putaran.
“Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh warga Jakarta yang di tengah-tengah berbagai upaya untuk menciptakan Pilkada tidak satu putaran,” kata Hasto dalam jumpa pers di DPP PDIP, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (1/12/2024).
“Ternyata Mas Pramono Anung dan Pak Rano Karno berkat hubungan seluruh kompeten masyarakat Jakarta yang relatif memiliki informasi politik yang begitu besar, kesadaran politik yang lebih tinggi, sehingga mampu menjaga bekerjanya nilai-nilai demokrasi, Jakarta menjadi benteng demokrasi,” sambungnya menekankan.
Selajn itu, Hasto juga mengucapkan terima kasih kepada Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Jakarta dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Jakarta yang telah menunjukkan upaya-upaya mencegah berbagai intervensi.
Hasto mengatakan ada pihak yang mendorong agar Pilgub Jakarta berlangsung dua putaran. Padahal, perolehan suara Pramono Anung-Rano Karno, berdasarkan perhitungan internal PDIP menang di atas 50 persen.
“Karena itulah berdasarkan data-data C1 yang telah dikumpulkan, berdasarkan rekapitulasi yang telah dilakukan secara berjenjang, maka berdasarkan laporan dari Badan Saksi Pemilu Nasional, Saudara Hendra, menunjukkan bahwa Jakarta dapat dimenangkan satu putaran untuk Mas Pramono Anung dan Pak Rano Karno,” ujar Hasto.
Lebih lanjut, Hasto mengatakan, PDIP mengapresiasi organisasi masyarakat yang secara sukarela ikut mengawal, bahkan sampai tidur di lokasi penghitungan suara, untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
Hasto mengajak semua pihak terkait agar menjaga suara rakyat. PDI Perjuangan akan terus percaya kepada nilai-nilai kebaikan di dalam demokrasi.
“Kami tidak menginginkan kapal Indonesia crash karena pihak-pihak yang seharusnya menegakkan hukum, memberantas korupsi, mencegah judi online, mencegah tambang-tambang ilegal, mencegah narkoba yang mematikan masa depan anak-anak muda bangsa. Itu kemudian kehilangan orientasinya karena masuk di dalam kegiatan politik praktis,” tuturnya.