Israel melarang Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres memasuki negaranya. Menteri Luar Negeri Israel Katz mengumumkan pelarangan itu pada Kamis (3/10/2024) dalam sebuah pernyataan resmi.
“Saya telah menyatakan Sekjen PBB Antonio Guterres sebagai persona non grata (sosok yang tak diinginkan) di Israel dan melarang dia masuk Israel,” ujar Katz, seperti dikutip Anadolu Agency, Jumat (4/10/2024).
Sebelumnya pada Selasa (1/10/2024), Guterres membuat pernyataan di platform X yang menegaskan bahwa dirinya mengutuk eskalasi konflik di Timur Tengah. Pernyataan itu dikeluarkan tak lama setelah Iran meluncurkan ratusan rudal ke Israel.
Israel pun tersinggung dengan pernyataan Guterres ini lantaran sang Sekjen PBB itu tidak mengecam langsung Iran.
“Siapa pun yang tidak dapat dengan tegas mengutuk serangan kejam Iran terhadap Israel tidak pantas menginjakkan kaki di tanah Israel. Ini adalah Sekretaris Jenderal anti-Israel yang memberikan dukungan kepada teroris, pemerkosa, dan pembunuh,” kata Katz.
Menlu Israel itu kemudian berusaha membenarkan tindakan Israel dengan menyebut pernyataan Gutteres tak mengecam Iran.
“Guterres gagal mengutuk dengan tegas serangan kriminal Iran terhadap Israel pada hari Selasa. Sebagai akibatnya [dia] tidak layak menginjakkan kaki di tanah Israel,” kata dia, dikutip Politico.
Katz juga berdalih Guterres dan PBB masih belum menyatakan kelompok perlawanan Palestina Hamas sebagai ‘organisasi teroris’.
Tak lama setelah itu, Guterres pun langsung mengubah pernyataannya. Ia menegaskan dirinya mengecam keras serangan Iran terhadap Israel.
“Saya sekali lagi mengecam keras serangan rudal masif Iran terhadap Israel kemarin,” kata Guterres dalam pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB, Kamis.
Sejak agresi Israel di Jalur Gaza Palestina dimulai pada Oktober tahun lalu, Guterres berulang kali dikritik Israel karena pernyataannya yang dinilai tak berpihak Zionis.
Salah satunya, ketika Guterres bicara di Dewan Keamanan PBB pada 24 Oktober 2023. Saat itu, Guterres mengatakan serangan Hamas di Israel ‘tidak terjadi begitu saja’. Sebab Palestina telah ‘mengalami 56 tahun pendudukan yang mencekik’.
Iran meluncurkan lebih dari 180 rudal balistik dan hipersonik ke Israel pada Selasa malam waktu setempat, dengan beberapa di antaranya berhasil menembus sistem pertahanan udara Israel, Iron Dome.
Mereka menyebut serangan ini sebagai balasan atas genosida Israel di Palestina dan Lebanon. Serangan itu juga disebut merupakan balasan atas pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh dan pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah yang dilakukan secara brutal oleh Israel.